CHAPTER 106

89 14 0
                                    

"Pavel, stop crying please. Aku sungguh tak bisa melihatmu terus menangis seperti ini," bujuk Mayron mengusap punggung Pavel yang masih terseduh.

"Aku bahan tak tahu, bagaimana cara untuk berhenti. Mengapa mereka bersikap demikian padaku, memutuskan sesuatu tanpa penjelasan terlebih dulu, setidaknya beri aku alasan dan penjelasan."

"..."

"Mengapa aku harus mundur dan pergi, dan seandainya aku bisa mengetahui semuanya tanpa menunggu mereka untuk menjelaskannya ...."

"Kita memang tak bisa melihat penjelasan di hati orang lain, meski demikian. Bukan berarti penjelasan itu tak ada," balas Mayron.

Pavel mengusap air mata yang terus membasahi wajahnya. Seolah lelah berpikir, Pavel kembali ketempat tidurnya dan merebahkan tubuh di sana. "Aku ingin sendiri, Mayron, maafkan aku ... biarkan aku seperti ini."

"Tentu, Pavel. Aku bisa mengerti dengan perasaanmu. Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun sering kali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan. Lepaskan ... maka esok lusa, jika tuan muda Krittin  adalah cinta sejatimu. Dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan, jangan lupa. Ada saja takdir hebat yang tercipta untukmu," bujuk Mayron.

"Aku masih akan menunggunya ... aku yakin, Tin pasti akan menemuiku seperti biasa, dan membawaku pulang," balas Pavel dengan suara yang semakin serak.

"Yah, aku juga mengharapkan itu, bersabarlah, Tin akan menjemputmu."

Mayron beranjak dari duduknya, setelah tak mendengar jawaban apa pun lagi dari Pavel yang hanya terdiam, meringkuk di atas tempat tidurnya dengan selimut tebal yang kini membungkus tubuhnya. Ia bahkan tertidur oleh rasa lelah setelah terus menangis hingga beberapa jam.

"Apa kamu akan benar-benar menuruti permintaan nyonya Veronica dan memaksa Pavel untuk mendandatangani surat perceraian itu?" tanya Mayron, menemui Celio yang masih berdiri di balik pintu kamar Pavel yang sudah terlelap.

"Aku hanya mengikuti perintah nyonya Veronica," jawab Celio datar seperti biasa.

"Tanpa memikirkan kondisi Pavel? Kau sendiri melihatnya, 'kan? Dan aku yakin kau juga tahu, setelah melihat diagnosa Pavel jika ia sedang sekarat akibat gagal ginjal akut yang di derita," balas Mayron menjadi lepas kendali. Terlebih ketika tahu jika Pavel ternyata mengidap penyakit parah yang suatu waktu bisa merenggut nyawanya kapan saja.

Dan Celio tak bisa memungkiri jika ia memang tahu semuanya. Ia tahu jika selama ini Pavel sekarat, setelah mereka ke Bridal bersama, dan melihat Pavel terus muntah dengan darah yang menetes dari hidungnya.

"Lalu apa yang kau ingin aku lakukan? Mengkhianati nyonya Veronica? Dan mengikuti keinginanmu?"

"Aku tak pernah menyuruhmu untuk mengkhianati nyonya Veronica dan menuruti keinginanku, karena aku tak pernah menginginkan apa pun. Aku hanya minta pengertian darimu, Celio. Jangan menambahkan luka di hati Pavel untuk saat ini. Dia sudah cukup menderita selama ini."

"Aku sudah berulang kali memperingatinya untuk meninggalkan tuan muda sejak awal. Karena sampai kapan pun ia tak akan pernah mendapatkan restu dari nyonya Veronica. Tapi ia terus keras kepala dan mengabaikan peringatanku."

"Celio! "

"Jangan menghalangiku untuk menjalankan perintah nyonya Veronica. Aku yakin kau tak bisa meninggalkan tuan Pavel di desa terpencil ini seorang diri. Namun, jika kau terus bersikap demikian, aku bisa saja membuatmu meninggalkannya, Mayron. Jika nyonya Veronica menghendaki."

"Kau mengancamku?"

"Aku memperingatimu, Mayron. Agar kau memahami batasanmu. Kau hanya akan merawatnya di sini agar tuan Pavel lekas pulih, sebelum aku mengirimnya ketempat yang jauh."

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang