CHAPTER 60

127 20 1
                                    

Bukankah dia pria di restaurant waktu itu? Pria yang terus mengamati Pavel.

Beall terus mengamati pria yang tak tak lain adalah Krittin Feith dan Albern.

"Mohon perhatian. Ini adalah panggilan boarding terakhir untuk penumpang atas nama nona Beall Efrain Damier, pemesan penerbangan 907 tujuan Paris. Mohon menuju gerbang dua sekarang. Pemeriksaan terakhir akan segera selesai dan pintu pesawat akan ditutup dalam waktu sekitar lima belas menit lagi."

Panggilan di ulang, dengan Beall yang langsung melanjutkan langkah menuju gate, mengabaikan sejenak dua orang yang terlihat tak asing di sana.

"Apa kau tahu siapa gadis yang baru saja menabrakku beberapa menit lalu?" tanya Albern setelah bayangan Beall menghilang dari pandangan Albern.

"Aku tak peduli, Albern," balas Tin tampak cuek. 

Langsung menyandarkan tubuh dan memejam di balik kaca mata gelapnya. Pikiran yang kacau membuatnya tak ingin melakukan apa pun, termasuk berbicara. Bahkan sejak tadi Tin terus diam dan tak berbicara apa pun.

"Dia adalah salah satu teman Pavel yang berasal dari Giethroom."

Kedua mata Tin terbuka, terlihat merespon perkataan yang di ucapkan Albern barusan.

"Kau ingat, 'kan? Ketika Pavel makan malam di sebuah restauran tepat di hari ia berulang tahun?" tanya Albern. Tin kembali mengingat moment itu di dua bulan lalu. Pavel makan malam bersama kedua temannya. Sean dan satu gadis lainnya yang tak ia kenal.

"Yah, aku ingat gadis itu," angguk Tin.

"Sepertinya ia akan berangkat ke Dinan, aku tak sengaja mendengar obrolannya lewat telpon, dan aku yakin, ia sedang berbicara dengan Sean."

"Lalu? Apa kau tak mendengar ia mengungkit soal Pavel? Mungkin ia tahu, atau mereka akan bertemu di satu tempat?" tanya Tin terlihat tak sabaran.

"Tidak, aku hanya mendengar ia menyebut nama Pavel, tapi tak mengatakan apa pun. Sepertinya Sean tak bersama Pavel saat ini."

"Bagaimana dengan Luan? Apa ia sudah memberimu informasi?"

"Belum, aku rasa Pavel tak ke Pigalle atau Dinan. Kemungkinan ia di Boulevard."

"Abella sedang tidak berada di sana," balas Tin dengan wajah yang terlihat khawatir.

"Apa maksudmu?" Albern mengernyit.

"Mungkin kau masih belum tahu, jika Abella terlibat satu masalah dengan Hector."

"Apa?"

"Mereka terlibat dalam satu hubungan terlarang, dan Abella tak pernah tahu, jika Hector sudah memiliki istri dan putra."

"Ahh, aku selalu tak menyukai masalah seperti ini," balas Albern, "aku khawatir, jika masalah ini terus berlarut. Pavel akan ikut terseret masalah mereka," sambungnya.

"Semoga saja tidak," balas Tin terlihat menenangkan perasaannya sendiri.

"Baguslah jika kau yakin akan hal itu, meski wajahmu menunjukan kecemasan yang luar biasa besar," tebak Albern meski hanya dengan melihat ekspresi wajah Tin saja.

"Entahlah, Albern. Aku menjadi sangat bingung sekarang."

Mengusap wajah, ia benar-benar tak ingin Pavel terlibat masalah. Apa lagi jika sampai terlibat dengan masalah Abella dan Hector Federico, terlebih dengan istri pria itu jika mengetahui semuanya.

"Jika memang demikian, mengapa kau tak menyusul istrimu, dan tak memilih untuk kembali ke Enschede?" tanya Albern.

Tin kembali terdiam dan tak mengatakan apa pun kepada Albern jika pagi tadi Veronica sempat menghubunginya, dan menceritakan kondisi Zein yang sempat drop. Bahkan ada kesepakatan di antara mereka yang tak di ketahui oleh Albern.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang