[13] Goes home together

242 30 3
                                    

"Uncle ...?" panggil Ranesmee dengan nada pelan.

"Kau sudah bangun?"

"Where is my Dad?" tanya Ranesmee ketika terbangun dari tidur. Namun, tak mendapati Tin di sana, sedang yang ia ingat setelah meminum obat, makan, dan tidur. Sang ayah masih di sampingnya dan menemaninya.

"Sepertinya Daddy-mu sedang memiliki urusan sebentar."

"Tapi, kenapa my Dad tak mengatakannya terlebih dulu padaku?" tanya Ranesmee mulai cemas, hingga terlihat ingin menangis.

"Kau sedang tidur, dan Daddy-mu tak tak tega untuk membangunkanmu," bujuk Oskan berusaha menenangkan Ranesmee.

"Apa my Dad akan lekas kembali?"

"Yah, Daddy-mu hanya pergi sebentar," angguk Oskan, meletakkan ponsel di atas nakas. Tersenyum sambil mengusap kening Ranesmee, memeriksa panasnya yang mulai turun.

"Lalu di mana papa?"

"Sedang bersama aunty, sepertinya tengah mengurus administrasi untuk kepulanganmu. We will go home, apa kau senang?"

"Benarkah?"

"Yah, jika panasmu sudah benar-benar turun, kita akan pulang sore ini," angguk Oskan.

"Tapi ...."

"Ada apa?" tanya Oskan ketika mendapati wajah murung Ranesmee.

"Apa my Dad, akan ikut pulang bersamaku, kerumah?"

Oskan menarik napas kuat dan dalam. "Tentu, Daddy-mu akan mengantarmu."

"Hanya akan mengantarku? Apa my Dad tak akan tinggal bersamaku?"

Oskan menggeleng pelan, tak bisa menjawab pertanyaan Ranesmee dengan kata-kata. Hingga lekas membuat Ranesmee mengerti. Mengingat jika daddy dan papanya sudah berpisah, dan mereka tak akan lagi bersama, terlebih sebentar lagi papanya akan menikah.

"Aku lupa, jika my Dad dan papa sudah berpisah," balas Ranesmee dengan wajah yang semakin muram.

Oskan terdiam hingga beberapa menit, menatap Ranesmee yang masih menunduk. "Apa kau benar-benar ingin bersama Daddy-mu?"

"Yah, sejujurnya. Hanya saja, aku tak bisa memaksa. Aku harus terima jika my Dad dan papa memang sudah tak bisa bersama lagi, terlebih ... sebentar lagi kalian akan menikah. Aku tak ingin membuat papa bersedih karena memikirkanku," balas Ranesmee yang bisa berpikiran dewasa.

"Apa kau tak keberatan sedikit pun?"

"No, Uncle. Aku tahu jika kau sangat menyayangiku dan papa," balas Ranesmee. 

Namun, wajahnya masih terlihat murung, meski akhirnya ia tersenyum ketika menatap wajah Oskan, tetapi pria itu bisa melihat kesedihan yang terpancar di sudut mata Ranesmee. Anak itu benar-benar pandai menyembunyikan perasaannya, lebih memilih untuk tak menyakiti perasaan Oskan, yang sangat tahu, jika Ranesmee hanya menginginkan Tin

"Aku minta maaf," ucap Oskan dengan nada pelan.

"Maaf untuk apa?" tanya Ranesmee menatap wajah Oskan dengan serius.

"Maaf, sepertinya aku sudah membuatmu cemas akhir-akhir ini."

Ranesmee terdiam. Memikirkan apa yang di katakan Oskan, sejak tahu jika Oskan akan menikahi papanya, ia memang mulai merasakan cemas sejak saat itu, hingga sekarang pun ia masih merasakan demikian. Terlebih ketika tahu, jika Tin adalah ayahnya, dan kini sedang berada di sekitar mereka, begitu juga saat tahu jika papanya masih mencintai daddy-nya. Dan satu-satunya hal yang masih tidak ia mengerti adalah, mengapa saling melepaskan satu sama lain, sedang mereka masih saling menyanyagi.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang