CHAPTER 46

212 27 1
                                    

PIGALLE

"Kemana dia itu pergi?!"

"Kau menanyakannya pada kami? Mana kami tahu!"

"TAPI KALIAN YANG SUDAH MENGUSIRNYA PERGI!" teriak Sean geram kepada salah seorang pria yang masih berdiri di dalam rumah milik Pavel dengan barang-barang yang sudah terlihat berantakan. Seperti baru saja terjadi gempa yang memporak-porandakan isi rumah tersebut.

"Pelankan suaramu anak muda! Kenapa kau tak mencari Omega itu di jalanan?!"

BUG!!

Satu pukulan mendarat di wajah pria itu, pukulan keras hingga membuat tubuh pria itu tersungkur kebelakang, bersamaan dengan darah segar yang menetes di hidung. Sungguh satu tindakan yang memancing beberapa pria yang berada di sana untuk balas menyerang perlakuan Sean. Namun, belum sempat pria lain menyentuh, tangan dan kaki Sean telah terayun untuk menghajar pria berseragam hitam hingga terkapar dengan darah yang menetes dari mulut dan hidung. Kekuatan fatal yang tidak main-main dari Sean yang sudah sejak semalam menahan amarah karena tak juga menemukan Pavel.

Sean menarik belakang atasan pria berseragam hitam itu untuk memaksanya berdiri. "Apa yang sudah kalian lakukan padanya?"

"Kami tak melakukan apa pun!"

"Kalian menyentuhnya? Kalian menyakitinya, 'kan?!" sentak Sean yang kembali melepaskan beberapa pukulan. 

Tak peduli dengan jumlah mereka yang tak seimbang di banding dirinya yang hanya seorang diri. Dengan Sean yang terlihat seperti seorang dominan, bahkan bisa melepaskan pukulan dan tendangan yang tepat kepada mereka, tanpa mendapatkan balasan dari ke empat orang pria yang mulai babak belur.

"Kalian bahkan tak memberinya kesempatan, dan mengusirnya begitu saja, tanpa melihat kondisinya," ucap Sean.

Masih dengan kemarahan yang memuncak setelah berhasil membuat ke empat orang di hadapannya tak berkutik, dengan seorang pria yang masih berdiri di sudut ruangan sambil mengusap darah segar yang menetes dari sudut bibirnya.

"Aku tidak akan memaafkan kalian jika terjadi sesuatu padanya," sambung Sean merenggangkan otot tangannya, memutar leher yang sedikit menegang, sebelum beranjak pergi dari sana, meninggalkan rumah tersebut, beserta lima orang yang kini babak belur oleh ulahnya.

"Tuan muda!" panggil seseroang, menghentikan langkah kaki Sean.

"Anda memanggilku?" tanya Sean, menghampiri Grandma Marletta.

"Yah."

"Siapa Anda?" tanya Sean menyipit.

"Ah, iya. Perkenalkan. Grandma Marletta."

"Gradnma Marletta? Anda?"

"Aku ingin menanyakan kondisi Pavel, apa dia baik-baik saja?" tanya Merletta terdengar khawatir, ketika melihat kondisi rumah Pavel yang begitu berantakan. 

Sedang Sean masih terdiam dengan perasaan yang sesungguhnya lebih merasakan kecemasan dan kekhawatiran. Ia ketakutan sekarang, sebab sejak semalam ia masih tak menemukan jejak Pavel di mana pun, sedang ia sudah mencarinya dan tak tidur semalaman hingga sekarang.

"Apa telah terjadi sesuatu padanya?" tanya Marletta sekali lagi, ketika mendapati Sean yang masih terdiam di hadapannya.

"Dia akan baik-baik saja," balas Sean menerka. 

Sebab tak memiliki jawaban lain untuk menghilangkan kekahawatiran wanita paru bayah itu. Yang entah ada hubungan apa dengan Pavel. Wanita yang lebih terlihat seperti seorang ibu yang sedang mengkhawatirkan putranya.

"Sebenarnya siapa mereka? Apa yang sudah mereka lalukan kepada my swetty?"

"Mereka ...." Kalimat Sean tertahan di tenggorokan, ia sendiri pun tak tahu siapa mereka, mengapa tiba-tiba mengambil rumah milik Pavel dan mengusirnya.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang