CHAPTER 110

88 11 0
                                    

KEDIAMAN ELEAZAR.

"Eliana, bagaimana keadaan putraku?" tanya Jeff berjalan dengan langkah bergegas sambil melonggarkan dasinya. Terlihat khawatir usai mendapatkan telpon dari sang istri jika kondisi Enz sedang tak baik.

Enz tiba-tiba terserang deman tinggi, dengan tubuh yang mengalami panas, tetapi menolak untuk ke Dokter.

"Dari mana saja kamu?"

Eliana berdiri di ambang pintu, menatap Jeff dengan wajah yang di penuhi kekhawatiran sekaligus kesal.

"Tentu saja dari kantor, apa yang kau pikirkan?"

"Kenapa bisa selama itu? Aku menghubungimu sejak siang."

"Eliana, aku sedang menghadiri rapat penting di kantor. Kau juga tahu itu. Aku sibuk akhir-akhir ini, perusahaan sedang mengalami penurunan saham, dan mendapatkan masalah, aku harus standby di sana. Kau biasanya memahamiku."

"Rapat? Jadi sekarang pekerjaan lebih penting di bandingkan putramu sendiri? Jangan pernah menjadikan pekerjaan sebagai alasanmu, Jeff. Putra kita sedang sakit, kondisinya sedang tak baik-baik saja. Seharusnya kau selalu berada di sini bersamanya, bukan terus menghabiskan waktu di luar, terlebih dengan orang-orang yang tak begitu penting!" balas Eliana tak mampu menahan amarah, hingga perdebatan tak bisa di hindari lagi.

Masih menyimpan kekesalan hati dan amarah ketika beberapa hari lalu ia tak sengaja melihat Jeff sedang berada di sebuah restaurant bersama Clare, sahabatnya sendiri. Ia pun bisa menebak jika Jeff sedang berusaha mencari tahu soal keberadaan Pavel, yang mereka ketahui adalah seorang menantu keluarga Hamilton, sekaligus seseorang yang sudah membuat putranya sakit dan terluka karena patah hati.

Tak ingin membiarkan putra Delania menyakiti putranya, apa pun yang terjadi. Ia bahkan sangat membenci Pavel sekarang, sebab merasa jika putra Delania sudah berani merebut kebahagiaan putranya.

Jeff membuka jas yang di kenakan dan langsung membuangnya kesembarang arah. Berkecak pinggang berusaha menekan emosi yang mulai meletup. Ia cukup lelah bekerja di kantor seharian, dan harus keluar kota untuk bertemu klien, hingga kembali ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan lainnya. Dan entah mengapa, ia semakin kesal ketika mendapati Eliana meluapkan segala kekesalan hati padanya, seolah ia tak becus dan tak memprioritaskan mereka.

"Apa kau akan mengajakku berdebat sekarang?"

"Ada apa? Kau lelah? Apa kau merasa jika tak ada sesuatu yang harus di bahas denganku, Jeff?" tanya Eliana berdiri bersidekap di hadapan suaminya. Menatap pria itu semakin marah.

"Apa maksudmu?" Jeff mengernyit, merasa jika tak ada yang harus mereka bicarakan.

"Clare. Kau bertemu dengannya, 'kan?"

Kening Jeff mengernyit. Sebelum terlihat menarik napas panjang, mengalihkan pandagan untuk menghindari tatapan istrinya sambil mengusap wajah kasar.

"Ada apa? Kenapa kau tampak panik?"

"Panik? Aku tak berbuat kesalahan, kenapa harus panik. Clare sahabatmu juga, 'kan? Kita berteman sejak lama. Lalu apa yang membuatmu marah? Kau cemburu padanya?"

"Omong kosong! Aku sudah tak menganggapnya sahabat lagi sejak kau menikahi Delania. Dan kau bilang aku cembru padanya? Kau salah, aku membencinya!" balas Eliana tak mampu menyembuyikan kemarahan lagi. Napasnya naik turun akibat emosi, dengan wajah yang memerah.

"Kebencianmu padanya tak beralasan, Eliana!"

"Begitukah? Lalu bisa kau ceritakan padaku, apa saja yang kalian bicarakan?"

Jeff terdiam.

Sejak wajah sang putra terpampang di tiap sampul media masa, dan surat kabar lainnya. Hati Jeff menjadi sangat khawatir, takut jika putranya sedang berada di dalam masalah. Bahkan diam-diam sering mengunjungi Mansion keluarga Hamilton, meski hanya bisa mengawasi dari jauh untuk melihat sang putra.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang