PORQUEROLLES
Mobil berhenti tempat di depan halaman Villa. Tin keluar dan berjalan mengintari mobil, berhenti di satu sisi mobil dan membukanya, meraih tubuh Pavel dengan sangat hati-hati untuk di gendongnya keluar dari mobil.
"Ada apa?" tanya Albern yang menyambutnya di depan pintu.
"Dia hanya tidur, mungkin kelelahan."
"Ahh syukurlah," angguk Albern, sempat khawatir jika Pavel sakit lagi.
"Aku akan membawanya ke kamar," balas Tin terus melangkah menuju kamar tidur mereka, "selamat sore, Meyron," sapanya pada wanita yang tengah berdiri dengan segelas cangkir di tangannya dan masih mengenakan apron, sebelum masuk ke dalam kamar.
"Selamat sore, Tuan muda," sahut Mayron mengamati.
Bagaimana Tin memperlakukan Pavel, merebahkannya di atas tempat tidur dengan perlahan, menyelimuti seluruh tubuhnya, memutar musik clasic, menyalakan lilin aroma terapi sebelum keluar dari sana.
"Pavel tak menyukai suara jarum-jarum pinus di malam hari, ia juga tak begitu menyukai aroma menyengat dari parfum," ucap Tin dengan pandangan yang langsung tertujuh ke arah Albern. Namun, ada yang aneh. Sebab pria itu tak seharum seperti kemarin, "kau mengganti aroma parfummu?" tanyanya yang masih berdiri di depan pintu kamar yang sudah tertutup.
"Lebih tepatnya, aku tak memakainya lagi," balas Albern, duduk di sofa saat Mayron meletakkan secangkir teh di atas meja.
"Ada apa? Tak seperti biasanya, padahal kau selalu menggunakan parfum yang bisa mengundang gairah para wanita di luar sana," tanya Mayron duduk di samping Albern yang hanya berdecak.
"Jangan berlebihan, aku tak menggunakan parfum untuk itu," sahut Albern.
"Oh sayang sekali, mereka tergila-gila dengan aromamu, selain wajah tampan ini," goda Mayron tampak bersemangat.
"Apa kau termasuk?"
"Yah, kau cukup peka, dan aku menyukai itu," balas Meyron mengangkat kedua sisi bahunya secara bersamaan, sebelum menampilakn senyum termanisnya.
Yah, Mayron memang seorang wanita yang manis dengan kedua bola mata yang keabuan, hidung mancung dan bibir merah merona, bertubuh tinggi ramping dengan rambut sebatas bahu dengan model layer. Sungguh menyenangkan bisa menggoda Albern. Meski lagi-lagi selalu di abaikan. Namun, ia benar- benar tak peduli, bahkan dengan berani menatap wajah Albern yang tampak kalem dengan usia yang menjelang 30 tahun. Pria dewasa dan matang, humoris, plegmatis, sedikit pemarah. Entah itu pada semua orang, atau hanya kepadanya saja.
Mayron terpukau dengan ketampanan heteroseksual seperti pada umumnya pria, campuran cool dan maskulin, lengkap dengan sorot mata teduh, sayu yang bisa menenggelamkan wanita ke dalam pesonanya. Yah, Albern adalah tipe idaman wanita yang matang secara emosiaonal, hingga membuat Mayron semakin prustasi sebab Albern selalu menolak bahkan mengabaikannya.
"Pavel tak menyukai aroma parfumnya," ucap Tin membuyarkan lamunan indah Mayron yang masih menatap Albern dengan jantung berdebar. Sedang pria itu asik menghirup aroma teh sebelum menyesapnya.
"Ahh, sepertinya dia tampak kewalahan di trimester awalnya."
"Yah, kau benar Meyron. Jadi aku mobon padamu. Tolong jaga dia untukku," balas Tin.
"Tentu saja, kau bisa mengandalkanku, Tuan muda."
"Baiklah, bagaimana jika kita berangkat sekarang," sela Albern, beranjak dari duduknya usai dengan secangkir teh hangat dan pujian-pujian dari Meyron yang membuat telinganya kenyang.
"Sekarang?"
"Yah, ada apa? Apa kau akan menunggunya sampai ia bangun lalu pergi?" tanya Albern yang bisa membaca isi pikiran Tin.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.