"Nona Abella?" tanya Quen mengangkat kepala, hingga wajah cantik Abella menyambutnya.
"Yah, Dokter," angguk Abella kembali tersenyum, seolah senyum tersebut tak pernah pudar dari wajahnya.
Apa wanita ini yang sudah membuat Hector menyakiti Reve? Dia wanita yang ramah dan terlihat baik. Tapi kenapa mereka bisa datang secara bersamaan malam ini? Apa mereka bertemu?
Quen terlihat berpikir, sambil terus mengamati Abella. Dan sudah sejak dulu ia merasa penasaran ingin melihat atau bertemu sosok Abella Yume, hingga sampai saat ini, ketika wanita itu datang padanya dengan sendirinya.
"Maaf, apa yang terjadi dengan lengan Anda?" tanya Quen, mengamati Abella yang masih memegangi lengannya.
"Aku rasa terkilir."
"Apa Anda terjatuh?"
"Yah, aku hanya terpeleset," balas Abella lagi-lagi hanya tersenyum. Meski kesedihan jelas terlihat di kedua sorot matanya. Dan Quen bisa melihat itu.
"Oh Tuhan, itu pasti sangat sakit. Biarkan aku memeriksanya," tawar Quen mengulurkan tangannya, begitu juga dengan Abella yang dengan perlahan meletakkan tangannya di atas telapak Quen yang langsung bertindak.
"Ini akan sedikit sakit, Anda bisa menahannya, 'kan?"
"Yah, Dokter," angguk Abella . Dan memang benar-benar, ia bisa menahan rasa sakitnya. Hanya terdiam, dan tak bereaksi apa pun ketika Quen mulai memijat dan memperbaiki persendian tangannya.
"A-pa ini tak menyakiti Anda?" tanya Quen nyaris tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia bahkan sudah berpikit jika Abella akan menjerit kesakitan, seperti orang lain pada umumnya jika mengalami tangan atau kaki yang terkilir.
"Itu sakit, hanya saja ... aku merasa, sakit di sini melebihi dari apa pun," balas Abella memegangi dadanya yang terus berdenyut nyeri ketika mengingat kejadian beberapa menit lalu.
"Apa sesuatu yang lain telah terjadi? Maaf jika aku banyak bertanya kepada Anda."
"Tak masalah," angguk Abella. "aku ... hanya tak sengaja bertemu seseorang yang tak seharusnya aku lihat lagi, dan yang terburuknya, setelah mengebaikanku, ia kembali dan mengucapkan kata yang sama, kata yang tak bisa membuat hatiku jauh lebih baik," sambungnya yang langsung di pahami oleh Quen.
Dasar pria brengsek. Kau terus menyakiti banyak wanita. Umpat Quen membatin.
Quen pun tak perlu bertanya siapa seseorang itu, sebab ia sudah bisa menebak. Jika seseorang yang di maksud oleh Abella adalah Hector Federico yang baru satu jam lalu meninggalkan ruangannya. Pria itu bersama sang istri Reverie yang baru saja memeriksa kondisi kesehatannya yang mulai membaik. Mungkin karena Hector yang sudah memilih untuk kembali ke sisinya dan meninggalkan Abella, wanita yang tengah mengamati lengannya yang sedang di liliti perban oleh Quen.
"Terima kasih, Dokter. Padahal aku kesini untuk berkonsultasi perihal insomniaku yang terus-terusan berlangsung, bahkan sudah hampir beberapa bulan ini."
"Apa Anda tak mencoba untuk terapi?"
"Aku masih belum memikirkan hal itu, karena aku pikir mungkin tak akan berhasil. Aku butuh beberapa obat. Aku hanya ingin bisa tidur malam ini, setidaknya hanya malam ini saja, aku cukup lelah akhir-akhir ini," balas Abella memijat tengkuk lehernya.
"Baiklah, aku akan memberikan beberapa obat. Tapi aku sarankan, sebaiknya Anda juga menjalani terapi dan tak harus meminum obat secara terus-menerus, dan aku rasa, Terapi konigtif cukup efisien, karena akan diberikan edukasi oleh psikiater untuk mengoreksi keyakinan yang tak akurat mengenai tidur. Selain itu juga, terapi ini untuk mengurangi pemikiran katastrofik dan kekhawatiran yang berlebihan tentang konsekuensi dari gagal mendapatkan tidur yang cukup."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.