"Seperti yang Anda lihat, aku baik-baik saja, aku hidup bahagia. Meskipun Anda sudah meninggalkanku dulu. Aku berhasil hidup bahagia," jawab Pavel dengan suara yang terdengar bergetar.
"Syukurlah," angguk Jeff yang tak mampu menahan air matanya. Pavel punbisa melihat, ketika butiran bening itu jatuh tepat di telapak tangan ayahnya.
"Ayah minta maaf."
"Maaf?! Bukankah sudah sangat terlambat?" tanya Pavel tanpa memalingkan pandangan, dan hanya terus tertunduk, menatap telapak tangannya sendiri.
"Yah, ayah tahu. Semuanya sudah terlambat. Tapi ...."
"Ibu sudah pergi," sela Pavel dengan air mata yang akhirnya lolos, "Ibu yang seharusnya mendengar kata maaf dari Anda, karena Anda terlalu banyak menyakitinya, ibu terus menangis karena Anda, melewati kesedihan dan kesepian seorang diri, bahkan aku ... tak bisa membantu ibu untuk keluar dari kesediahnnya."
"Ayah tahu ...."
"Anda tak mengetahui apa pun," balas Pavel dingin, "jika Anda mengetahui kesedihan ibu, Anda pasti akan kembali, dan membujuknya. Anda tak akan meninggalkannya begitu saja."
Jeff kembali terdiam dengan sejuta penyesalan dan rasa bersalah yang memenuhi hatinya.
"Sekarang ibu pergi, apa itu membuat Anda senang sekarang?"
"Tidak sedikit pun, Nak. Ayah menderita karena itu, ayah menyesal."
"Terlambat."
"Ayah tahu, bahkan sekarang pun, ayah sudah menjalani hukuman atas apa yang sudah ayah lakukan kepadamu dan ibumu. Dan rasa penyesalan ini akan ayah tanggung hingga ayah mati. Ayah akan membiarkan rasa bersalah ini menyakiti ayah selamanya."
"Apa menurut Anda itu cukup?"
"Tidak, ayah tahu. Itu tak akan cukup untuk membayar semuanya. Namun, ayah rasa, kesakitan ini akan bertambah, karena ayah tak mendapatkan maaf darimu. Ayah tak akan memaksamu untuk memaafkan ayah, sebab semakin kau membenci ayah, maka hukuman ayah akan bertambah, begitu juga dengan kesakitan ayah."
Pavel menggigit bibir kuat, ketika air mata kembali menitik, mengusap dada yang seketika nyeri dan membuatnya semakin sesak napas. Di detik kemudian tangis Pavel akhirnya pecah hingga membuat Tin yang mendengarnya seketika panik, begitu juga dengan putrinya. Hendak berdiri menghampiri tetapi di urungkan ketika Jeff sudah terlebih dulu meraih tubuh Pavel untuk dipeluknya.
"Aku membenci Anda ... aku sungguh membenci Anda. Mengapa Anda meninggalkanku dan ibu? Anda bahkan mengabaikanku saat itu ... aku membencimu ayah ... aku membencimu ...." Raung Pavel di dalam pelukan Jeff yang juga menitikkan air mata, terlebih ketika Pavel kembali menyebutnya dengan sebutan ayah, bahkan balas memeluknya, meski tangannya masih mencengkram kuat mantel yang di kenakan sang ayah.
"Ayah sungguh minta maaf, ayah tak akan memaksamu untuk memaafkan ayah, ayah hanya ingin kau tahu, jika ayah sangat menyesal, ayah akan merindukan ibumu hingga ayah mati, dan ayah akan menreima segala hukumannya. Ayah ikhlas, selama kau bahagia dan hidup dengan baik."
Pavel masih menangis, tak bisa mengucapkan apa pun lagi. Segala emosi, dan perasaan sakit juga rindu yang terpendam selama ini kini meluap lewat tangisan dan pelukan eratnya. Hingga beberapa menit kemudian, ketika tangisnya mulai mereda, bersamaan dengan Ranesmee yang berlari ke arahnya dengan wajah yang di penuhi kekhawatiran.
"Papa, are you okay?" tanya Ranesmee yang membuat air mata Pavel kembali menitik.
Lekas meraih tubuh putrinya untuk di pangku dan dipeluknya, menyusul Tin yang kini berdiri di balik punggungnya. Memegangi kedua bahu, sebelum mengusapnya lembut untuk menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.