"Aku penasaran mereka seperti apa."
"Mereka tak jauh berbeda dengan papamu. Ceria, baik hati, dan muda bergaul dengan siapa saja," jelas Tin.
Hingga malam beranjak naik dengan mereka yang lanjut ke ruang tengah usai mandi dan makan malam bersama. Waktunya mereka menonton, setelah mengajari Ranesmee perhitungan mate-matika, dan menggambar.
"Aku pernah mendapati papa yang sedang nonton dengan mata berkaca, padahal papa sedang tak sedang menonton Drama, ataupun film menyedihakn saat itu, tapi papa terlihat bersedih," ucap Ranesmee ketika mereka sedang nonton film kartoon.
"Benarkah? Lalu apa yang membuat papamu bersedih?"
"Papa menonton sebuah liputan berita di sebuah acara, yang menampilkan seorang pria pengusaha kaya raya."
"Pria?" Tin mengernyit.
"Yah, dan setelah aku ingat-ingat, pria itu adalah Anda," balas Ranesmee.
Tin memeluk tubuh putrinya yang tengah memangku berapa camilan.
"Aku baru tahu, jika memiliki seorang Daddy yang hebat dan luar biasa."
"Kau akan seperti Daddy, suatu saat nanti, karena sekarang pun, kau sudah sangat mirip seperti Daddy," balas Tin.
"Tentu saja, aku akan sepertimu."
Tin tertawa, sangat menyukai putrinya yang begitu memujanya. Sebelum mereka kembali nonton, dan terus terawa oleh tontonan yang cukup kocak di acara televisi yang tengah mereka tonton saat ini. Dengan Ranesmee yang berakhir ketiduran di atas pangkuan Tin.
"Aku mencintaimu putriku, sangat mencintaimu," ucap Tin yang tak hentinya mengucapkan kalimat tersebut hingga berulang kali, sampai ia sendiri tertidur di sofa dengan acara televisi yang masih berlangsung.
Hingga beberapa menit berlalu, ketika suara mobil terdengar, tak lama dan kembali menghilang, bersamaan dengan pintu rumah yang terdengar terbuka, hingga menampilakn sosok Pavel yang sedanag berjalan menuju ke arah mereka.
"Kau pulang?" tanya Tin mengerjapkan mata, menatap Pavel yang kini tersenyum padanya.
"Yah, apa Mayron dan Celio belum pulang?" Pavel melihat keseliling.
"Tidak, ia akan menginap di rumah sakit untuk menjaga pasien, dan Celio sedang menyelesaikan beberapa urusan di perusahaan," balas Tin, meraih tubuh putrinya untuk di gendongnya, "aku akan memindahkannya di kamar, kami melakukan banyak hal setelah kau pergi, dan mungkin Rane cukup kelelahan dan tidur lebih awal, kau tak perlu khawatir. Dia sudah makan dan belajar," sambungnya mulai melangkah menaiki anak tangga menuju kamar putrinya, menyusul Pavel yang tampak bahagia. Dan sungguh konyol jika ia harus menanyakan 'apa kau bahagia' kepada omega itu.
Tanpa bertanya pun, ia sudah bisa melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Pavel, meski wajah cantiknya kini tampak kelelahan, dengan liptint merah muda yang memudar, juga pakaian yang tak rapi lagi, seperti pertama ia meninggalkan rumah, dan ada aroma Pheromone lain yang Tin cium di tubuh Pavel, aroma Pheromone milik Oskan. Sungguh satu pemandangan yang kembali melukai Tin yang hanya bisa mengerang menahan rasa sakit, ketika merasa jika ia sudah benar-benar kehilangan Pavel.
Tin merebahkan tubuh putrinya di atas tempat tidur, menyusul Pavel yang duduk di pinggiran tempat tidur, untuk mendoakan sesuatu kepada putrinya dan mengecup kening sebelum beranjak dari kamar tersebut.
"Kau juga bisa istirahat sekarang, aku lihat kau tampak kelelahan," ucap Pavel berdiri di depan kamar putrinya.
"Yah, aku juga akan tidur, good night, Pew," balas Tin tersenyum tipis, sebelum kembali melangkah masuk kedalam kamar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.