Pavel duduk di pinggiran tempat tidur, dengan Ranesmee yang masih berbaring membelakanginya. Anak itu tahu, jika papanya sedang duduk di balik punggungnya saat ini. Namun, ia masih enggan untuk membalikkan tubuh, ataupun menyapa, meski ia tak tidur.
"Rane, kau tidur?" tanya Pavel dengan nada pelan, menyentuh bahu putrinya yang masih enggan menjawabnya.
Sadar, jika akhir-akhir ini hubungan dirinya dengan sang putri tak begitu membaik, bahkan mereka sering memperdebatkan hal-hal yang tak penting. Hingga berakhir dengan saling diam dan tak saling menyapa. Dan semua itu karena sang putri yang tak menginginkannya dekat dengan siapa pun, termasuk Catdwell. Meski ia sudah menejelaskannya hingga berkali-kali jika mereka tak memiliki hubungan apa pun.
"Haruskah aku yang meminta maaf padamu?"
Ranesmee masih terdiam, tak menjawab. Hingga membuat Pavel nyaris putus asa. Sangat penasaran, apakah Tin juga keras kepala seperti ini? Pavel kembali mengusap dada yang kembali nyeri, ia sadar, jika dirinyalah yang sangat keras kepala, dan apa yang di rasakannya saat ini adalah hal yang sering di rasakan Tin dulu.
"Apa kau tahu, jika aku hampir gila karena mengkhawatirkanmu? Aku ketakutan. Kau bahkan tak pernah pulang terlambat, tapi hari ini, kau terlambat hingga beberapa jam dan tak mengatakan apa pun padaku," ucap Pavel dengan suara yang terdengar bergetar.
Omega itu tahu jika akan menangis, tetapi ia terlihat jelas menahan semuanya, ia tak mungkin lagi menangis di depan sang putri dan semakin membuatnya cemas. Meski itu hal yang sia-sia. Mungkin ia yang terlalu ketakutan dan khawatir, pernah di tinggalkan oleh ayah dan ibunya membuat Pavel selalu mencemaskan banyak hal, dan tak ingin kehilangan sesuatu lagi. Hingga tak heran jika ia bersikap begitu overprotective kepada sang putri.
"Aku sungguh mengkhawatirkanmu," ucap Pavel mengusap wajah, ketika merasa akan mulai menangis.
Ranesmee membalikkan tubuh, beranjak dari tidurnya dan langsung memeluk tubuh Pavel. "I am so sorry, Pah," ucapnya, "aku tak bermaksud untuk membuat Anda khawatir. Sungguh," sambungnya semakin mengeratkan pelukan.
"Kau hanya tak perlu mengulanginya lagi," balas Pavel mengusap kepala putrinya.
"Anda tak serius, 'kan? Melarangku untuk bertemu paman Grape?"
"Aku serius, Rane."
"Tapi kenapa? Paman Grape pria yang baik, dia tak kalah baik dengan uncle ataupun tuan Catdwell, dan aku menyukainya," balas Ranesmee duduk di pinggiran tempat tidur, tepat di samping Pavel.
"Apa yang membuatmu sangat menyukainya, Rane? Bukankah kalian baru bertemu? Dia bisa saja orang jahat yang berpura-pura ingin berteman denganmu."
"Paman Grape tak punya alasan untuk itu, Pah."
"Kau mengatakan demikian seolah sangat mengenalnya."
"Entahlah, aku hanya merasa jika paman Grape terlihat tulus, aku juga tak tahu kenapa, tapi aku sangat ingin mempercayainya, kadang ... aku sedih jika melihatnya."
"Sedih?!"
"Paman Grape selalu terlihat sedih, dan kesepian, bahkan ketika menatapku, aku selalu melihat kedua matanya yang tiba-tiba berkaca. Paman Grape juga selalu mengusap kepala, dan memelukku erat, katanya ia bisa jauh lebih baik jika usai memelukku."
Pavel tercengang, mendengar cerita putrinya. Jantungnya mulai berdebar dengan kencang, tak tahu mengapa. Namun, ia merasa jika seseorang yang di maksud oleh putrinya bukanlah orang lain.
"Paman Grape, pria seperti apa?" tanya Pavel menatap putrinya. Mencoba mencari tahu, dan berharap apa yang ada di dalam pikirannya itu salah.
"Dia pria yang sangat baik, Pah. Dan yang terpenting, dia memiliki wajah yang mirip sepertiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.