CHAPTER 38

116 21 1
                                    

KEDIAMAN PAVEL KENNETH

"Apa kau masih bisa tersenyum sekarang, setelah membuatku khawatir selama bertahun tahun? Aku dan ibu terus mencemaskanmu, kami mencarimu, apa kau tak tahu jika ibu sangat ketakutan ketika membuka pintu ruangan dan tak mendapatimu di tempat tidur? Kau bahkan sengaja membuatku tidur dan meninggalkanku begitu saja," ucap Beall, yang langsung mengeluarkan semua uneg-unegnya ketika sudah berdiri di depan pintu rumah Pavel ketika mendapati Omega itu di sana.

"Maafkan aku, Beall," balas Pavel dengan nada lembut, memahami kemarahan dan kekhawatiran Beall saat ini.

"Kau membuatku takut. Kau membuatku menangis sepanjang malam, dan tak hanya hari di saat kau menghilang, tapi di hari-hari setelahnya. Aku merindukanmu Pavel," tutur Beall.

 Mulai menangis saat itu juga, hingga membuat Sean lekas panik dan beranjak menghampirinya untuk menenangkan. Sebagai seseorang yang sudah sangat mengenal kedua temannya dengan sngat baik, Sean tahu, jika meskipun Beall sudah dewasa dengan usia delapan belas tahunnya. Tetapi gadis itu masih suka menangis dengan sangat keras jika sedang kesal ataupun marah.

"Berhentilah menangis, kau akan membuat Pavel semakin sedih," bujuk Sean, memutar tubuh gadis itu setengah lingkaran sebelum memberi dekapan penghiburan.

"Kau pun demikian, brengsek! Kau juga meninggalkanku saat itu," umpat Beall yang membuat Sean hanya bisa menarik napas panjang. Beall memang tak pernah berubah.

"Bukankah aku sudah meminta maaf ...."

"Beall, i'am so sorry," potong Pavel yang lekas beranjak dari duduknya, melangkah mendekati dan memeluk tubuh Beall.

"Aku tahu jika sudah membuatmu khawatir, begitu juga dengan ibu Clare, tapi saat itu, aku benar-benar butuh menenangkan diri, aku juga tak ingin membuat kalian terus terusan memikirkanku, dan aku melakukan demikian karena aku menyayangi kalian. Aku tak ingin melihat kalian bersedih karenaku. Sungguh, bukan karena aku menganggap kalian orang lain, atau apa pun itu," sambung Pavel masih memeluk tubuh Beall dengan usapan lembut di balik punggungnya. Dan hal itu bisa menenangkan Beall sedikit demi sedikit.

"Tapi sedikit pun aku dan ibu tak pernah merasa di repotkan olehmu, terlebih setelah ibu Delania dan paman Hadley ...."

Kalimat Beall terhenti, saat Sean yang dengan refleks memegangi pundaknya, dengan sedikit gelengen kecil. Jelas memberikan isyarat jika Pavel tak perlu tahu tentang apa yang sudah terjadi dengan ayah dan ibunya.

"Baiklah, bagaimana jika kita pergi sekarang? Dan kau, berhentilah menangis. Setidaknya pakailah mascara anti air agar tak luntur ketika kau menangis," timpal Sean memberikan selembar tissu kepada Beall.

"Aku tak bisa menahan air mata, apa kau tak mengerti jika selama ini aku sudah menahan air mata?" Beall mulai mengusap air mata yang sedikit kehitaman di bawah matanya.

"Oh baiklah, kau bisa lanjut menangis ketika kita usai dengan makan malam, aku cukup lapar," balas Sean yang sejujurnya tak ingin jika Beall sampai kelepasan dan mengatakan tentang kedua orang tua Pavel, sebab ia cukup tahu dengan kebiasan gadis itu. 

Gadis bermata bola dengan manik abu cerah, bibir tipis dan hidung mancung, lengkap dengan rambut pirang yang menyerupai seorang barbie, di tambah tubuh tinggi langsingnya yang terlihat sempurna. Beall tumbuh menjadi seorang gadis yang manja tetapi penuh enerjik, dia juga ceria, meski sedikit ceroboh, terlebih dia juga seorang yang pelupa, bermulut frontal yang hobi mengumpat.

"Apa kita akan pergi sekarang? Di mana tujuan kita?" tanya Beall setelah merasa jauh lebih tenang.

"Avorile."

"Wuaahh, bukankah itu sebuah restaurant yang cukup mahal?" tanya Beall bereaksi.

Pavel tiba-tiba terdiam dan tak berkomentar apa pun. Menolak lupa jika restaurant tersebut adalah tempat yang terakhir kali ketika ia melihat Jeff dan keluarga barunya. Tempat di mana mereka merayakan hari ulang tahun sang putra dan mengabaikannnya di tengah hujan deras.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang