"Apa paman Grape itu tak akan datang?"
Ranesmee mulai tak sabar untuk menunggu, sebab merasa jika sebentar lagi Pavel dan Oskan pasti akan kembali, sebab hari sudah menjelang sore. Sedang ia ingin berada di rumah ketika papanya pulang, agar papanya tak khawatir padanya.
"Hai, kita bertemu lagi," sapa seseorang yang cukup membuat Ranesmee terkejut, bahkan langsung berpaling mencari arah suara.
Dan ternyata orang yang ia tunggu selama hampir setengah jam itu kini tengah berdiri di sampingnya dengan sekantung buah anggur yang mungkin ia beli di pinggiran jalan, sebab sejak tadi ia tak pernah meliat pria itu masuk ke dalam supermarket.
"Paman Grape?" sahut Ranesmee tersenyum senang ketika melihat pria itu.
"Apa yang kau lakukan di sini? Hari mulai gelap, apa papamu tak mencarimu?" tanya pria itu, tak lain adalah Tin yang langsung duduk di samping Ranesmee putrinya.
"Papa sedang tak di rumah," jawab Ranesmee.
"Benarkah? Di mana papamu pergi?" tanya Tin, meletakkan sekantung anggur di sampingnya.
"Ke Kota, karena ada urusan penting lainnya," balas Ranesmee, "apa Anda benar-benar menyukai buah anggur? Aku selalu melihat anda membeli banyak buah anggur."
"Yah, aku sangat menyukainya," angguk Tin tersenyum, mengusap kepala Ranesmee.
"Apa Anda tak keberatan dengan sebutan yang aku berikan?"
"Tentu saja tidak, aku menyukainya, karena itu memang benar," balas Tin tak keberatan sedikit pun.
"Apa Anda tak punya kebun anggur? Aku rasa, semua warga di sini memilikinya, Anda bisa berkunjung kerumahku jika Anda menginginkan banyak buah anggur."
"Benarkah? Apa aku bisa berkunjung kerumahmu?"
"Emm ...." Ranesmee tampak berpikir, sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ada apa?"
"Sejujurnya, tak ada yang pernah bertamu kerumah. Karena papa tak menyukai orang asing yang menginjakkan kaki di rumah."
"Sungguh?"
"Yah."
"Lalu bagiamana denganku?" tanya Tin yang membuat Ranesmee kembali berpikir.
Sejujurnya ia menyukai pria itu, dan entah mengapa ia langsung merasakan kenyamanan ketika berada di samping pria itu, bahkan bisa berbicara banyak kepadanya. Selama ini ia hanya berbicara banyak kepada Oskan. Di sekolah pun ia tak memiliki teman akrab, dan hanya memiliki teman yang selalu di ajak adu jotos. Sebab pada dasarnya. Ranesmee adalah seorang anak introvert, dan lebih menyukai kesendirian.
"Mungkin Anda tak masalah jika kesana, papa juga pasti menerima Anda, apalagi Anda adalah temanku sekarang."
"Teman? Jadi, kita bisa berteman sekarang?" tanya Tin terlihat bahagia.
"Tentu. Kita berteman sekarang," angguk Ranesmee mengacungkan jari kelingking yang langsung di sambut oleh Tin.
"Lalu, siapa namamu?"
"Ranesmee."
"Baiklah, mulai dari sekarang. Aku akan menjadi temanmu, dan aku rasa teman harus mengunjungi teman lainnya di sekolah, apa itu tak masalah?" tanya Tin.
"Apa Anda akan melakukannya?"
"Tentu saja, aku akan melakukannya dengan senang hati. Jika ada waktu, aku akan berkunjung ke sekolahmu, dan mungkin kita bisa makan siang bersama."
"Emm, ide yang bagus. Tapi, sepertinya aku harus meminta izin kepada papa terlebih dulu. Aku akan katakan padanya, jika aku sudah memiliki seorang teman," balas Ranesmee tampak bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.