"Aku tahu, tapi Ibu... "
"Dia tidak mencintaimu!" balas Delania, menatap wajah putranya yang masih terdiam membungkam mulut sendiri. Sebelum membungkuk untuk memungut beberapa sayuran dan tomat yang berserakan di atas lantai dengan perasaan kalut.
Sedang Pavel sendiri tidak ingin mempercayai itu. Sebab yang ia tahu, tidak ada seorang ayah yang tak menyayangi putranya sendiri. Miss Carolina, guru mereka di sekolah pun berkata demikian. Namun, mengapa justru ibunya yang mengatakan hal itu.
"Aku tidak percaya," gumam Pavel menggeleng pelan dengan nada rendah tanpa memalingkan pandangan dari bingkai foto tersebut.
"Jika dia menyayangimu, dia tidak akan mungkin meninggalkanmu Pavel," balas Delania sesak menahan pilu, ingin menangis. Namun, air matanya tak memiliki stok lagi rasanya. Ia hanya bisa menarik napas panjang untuk menahan sakit yang terus menerus menghinggapi hatinya. Sedang Pavel masih mematung di tempatnya, dan semakin erat memeluk bingkai foto tersebut.
"Itu tidak benar, Ayah menyayangiku. Buktinya Ayah ingin membawaku pergi," ucap Pavel dengan nada pelan, bahkan nyaris tak terdengar.
"Ayahmu sudah menikah Pavel. Ia sudah memiliki seorang anak, bahkan ayahmu melakukannya sebelum Ibu melahirkanmu. Dan itulah alasannya kenapa ...." Kalimat Delania tertahan di tenggorokan.
Bukankah ia tak seharusnya mengatakan hal demikian kepada putranya yang belum tentu menerima semuanya? Putranya masih terlalu kecil untuk mengerti hal itu, meski ia tahu jika pemikiran Pavel berbeda dengan anak seusianya. Namun, ia juga tidak ingin putranya terus menunggu kedatangan sang ayah, yang ia tahu tidak akan pernah kembali lagi.
"Pavel ...!" panggil Delania membalikkan badan. Namun, sudah tak melihat putranya lagi di sana, dan hanya bingkai foto yang tergeletak di atas lantai.
Delania terdiam untuk sesaat, menumpu kedua tangan di pinggiran counter dengan kepala tertunduk. Membayangkan penghianatan Jeff padanya sungguh sangat menyakitkan. Mengetahui jika tak hanya ia wanita satu-satunya sungguh membuatnya sangat marah dan kecewa, hingga ingin berlari dan menghilang selamanya. Bahkan Jeff tak memberinya kesempatan untuk membalas semua rasa sakitnya, semestinya ia yang pergi dari sini, dan pria itu tak harus meninggalkannya di tempat yang membuat ia terus mengingat kenangan indah yang justru membuat hati dan jiwanya semakin hancur berkeping-keping.
"Kau terlalu kejam Jeff, tak seharusnya kau merasakan kebahagiaan di saat aku terus menangisimu di sini, aku akan mengutukmu, hingga suatu hari nanti, kau juga akan merasakan sakit bahkan lebih dari ini, hidupmu akan di penuhi air mata dan kesedihan," ucap Delania dengan tubuh yang luruh di atas lantai, menekuk kedua lutut dan di peluknya erat. Terisak di antara kedua lutut untuk menumpahkan segala kesakitan hatinya. Napasnya pun mulai terasa sesak saat mengingat semua yang sudah terjadi.
Entah apa yang akan ia lakukan nantinya, bagaimana hidupnya akan berlanjut, bagaimana pula ia akan membahagiakan sang putra sedang ia sendiri tak memiliki apa pun untuk bisa memenuhi semua kebutuhan mereka. Meskipun Jeff tak mengambil tabungan milik mereka. Namun, semua itu tak akan cukup untuknya dan juga sang putra.
"ARRGHH ...!" Teriak Delania mencengkram rambutnya kuat, sambil terus memukuli dadanya yang terasa sesak, seolah napasnya akan berhenti saat itu juga.
Sebenarnya apa yang telah Tuhan rencanakan untukku, mengapa aku harus melewati proses yang begitu sulit seperti sekarang ini.
Delania terus menangis hingga sesegukan. Sedang di luar rumah, hujan turun semakin deras, hingga air tergenang membanjiri jalan setapak yang saat ini tengah di lalui oleh Pavel. Terus mengusap air mata menggunakan punggung tangannya yang bergetar, Pavel terus berlari sambil memanggil nama ayahnya, ia yakin masih bisa mengejar mobil ayahnya. Tak ingin, mengikuti sang ayah, ia hanya ingin menanyakan satu hal, mengapa ayahnya tega melakukan demikian pada mereka, mengapa ayahnya tega menyakiti dan membuat ibunya menangis demi untuk membahagiakan keluarga barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.