"Ayah, ibu. Bisakah kalian tak berdebat lagi?"
"Perdebatan ini tak akan pernah terjadi jika kau menjadi anak yang penurut dan tak membangkan, Tin!" serang Veronica.
"..."
"Kau pikir ayah dan ibu berdebat di sebabkan apa? Kau bahkan sudah mempermalukan ayah dan ibumu. Seluruh penjuru sudah mengetahui berita tentang pertunanganmu. Mereka menyaksikannya dari seluruh media yang tersebar hampir di seluruh dunia. Tapi apa yang kalian lakukan? Kalian terang-terangan saling bertukar cincin di depan media dan semua orang tapi memutuskan hubungan begitu saja, membatalkannya dengan sesuka hati kalian!" sambung Veronica, berbicara tanpa jedah dengan satu tarikan napas, mewakili emosi yang ia rasakan saat ini.
"Maafkan aku ...."
"Berhenti meminta maaf dan perbaiki hubunganmu dengan Zein sekarang juga sebelum media mengetahui ini!"
"Maaf, Ibu. Tapi aku ... benar-benar sudah tak bisa melanjutkan pertunangan ini," sambung Zein yang membuat Veronica semakin prustrasi. Menarik napas berat dengan tatapan penuh kekecewaan yang kini tertujuh kepadanya.
"Zein. Selama ini kau tak pernah mengecewakan ibu. Apa kau akan melakukannya sekarang?"
"M-aafkan aku ...."
"Apa kau yakin?" tanya Veronica sekali lagi.
Zein terdiam untuk sesaat. Apa ia yakin jika sudah siap kehilangan Tin atau tidak. Apa ia sudah benar-benar ikhlas melepaskan pria itu dan bersama Omega lain. Yah, ia memang harus yakin dan siap.
"Yah, aku yakin ... Ibu."
Veronica terdiam hingga bebera saat, kembali menarik napas panjang dan melepaskannya secara perlahan. "Baiklah," angguknya yang langsung beranjak dari duduknya.
Perasaan wanita itu terluka, hingga sempat meneteskan air mata. Veronica teramat menyayangi Zein dan menginginkan agar Tin selalu menjaganya, terlebih ketika kedua orang tua Zein meninggal dunia. Keinginannya untuk menikahkan putranya dan Zein semakin besar, sebab ia yakin jika hanya putranyalah yang bisa menjaga dan melindungi Zein dengan baik, bisa menjaga Omega itu seumur hidup. Namun, apa yang terjadi sekarang? Ia sempat bahagia karena melihat Zein yang mencintai putranya, begitu juga dengan putranya yang sangat menyayangi dan menyayangi Zein.
Apa ia sudah salah paham selama ini? Tapi mengapa? Tetap saja, Veronica masih belum menerima itu.
Pintu kamar tertutup rapat, hingga menghasilkan suara yang lumayan keras. Tak ada obrolan setelah beberapa saat. Ruangan yang beberapa jam lalu sempat ramai di penuhi oleh orang-orang kini berganti sepi.
"Ayah ...."
"Di mana Omega itu sekarang?" tanya Aroon setelah situasi jauh lebih tenang. Pria itu juga sudah berhasil meredam amarah dan kekecewaan, hingga terlihat lebih tenang meski baru saja berdebat dengan sang istri.
"Maksud Ayah?"
"Istrimu."
"Dia ...."
Pavel bersama Sean. Itu yang ia ingat ketika terakhir kali Pavel menghilang dari pandangannya, bisa bernapas dengan lega ketika tahu jika istrinya sedang bersama pria yang bisa menjaga dan menghiburnya, setidaknya sebelum ia kembali.
"Dia sedang berada di Giethroorn."
"Ayah ingin bertemu dengannya. Jemput dia sekarang juga," balas Aroon yang langsung beranjak dari duduknya, melangkah menuju kamar. Sangat jelas terlihat jika pria itu akan membujuk sang istri.
"Kau dengar? lekas jemput istrimu," sambung Zein ikut beranjak dari duduknya.
"Zein!"
"Yah?" Zein membalikkan badan, menatap Tin yang masih duduk di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.