[16] Goodby ....

209 25 7
                                    

"Keluar saja dari kehidupan kami, Krittin! Aku dan Rane tak membutuhkanmu, Rane akan terbiasa tanpamu, seperti dulu, ketika kau tak berada di sekitar kami!" balas Pavel yang langsung melangkah pergi, keluar dari kamar. Abaikan Tin yang masih berdiri mengusap wajahnya kasar.

Ini kali pertama ia bertengkar hebat dengan Pavel, dan yang buruknya semua berawal dari kesalahfahaman saja. Hingga di detik kemudian, Tin terperanjat kaget ketika mendengar suara teriakan Pavel dari dalam kamar Rane. Tanpa berpikir lama, pria itu langsung berhamburan keluar, yakin jika sesuatu telah terjadi dengan putrinya.

"Ada apa?!" tanya Tin berdiri di ambang pintu kamar Ranesmee yang sudah kosong, dengan Pavel yang terlihat memegangi kepala. Ketika Ranesmee tak di sana.

"Rane pergi, aku rasa ia pergi dari rumah," balas Pavel kembali keluar kamar dengan langkah terburu-buru, di susul Tin yang mulai khawatir. Di mana putrinya pergi di malam-malam begini.

"Tenangkan dirimu, mari cari Rane bersama," balas Tin.

"Oh Tuhan, aku biasa gila!" keluh Pavel ingin menangis. Apa suara pertengkaran mereka tadi sangat jelas di pendengaran Ranesmee? Dan memilih pergi karena tak ingin mendengar mereka berdebat?

Pavel semakin cemas dan ketakutan. Namun, masih berusaha untuk bersikap tenang.

"Di mana biasanya Rane pergi jika sedang marah?" tanya Tin ikut berlari menuju pintu keluar.

"Ke kamar dan tidur, dan akan kembali keluar jika marahnya sudah mereda."

"Bagaimana dengan di balik bukit? Dia suka ke sana," balas Tin berusaha untuk tak khawatir, setelah keluar rumah dan hendak berlari menuju padang rumput yang terletak di balik bukit,  tanpa menggunkan pencahayaan apa pun, mengandalkan cahaya sinar lampu dari beranda dan kandang domba mereka, juga kedua mata tajamnya.

"Tak mungkin Rane ke sana, ini sudah malam dan di sana cukup gelap," ucap Pavel menghentikan langkah kaki Tin.

"Tapi di mana lagi dia akan pergi jika tak di balik bukit?"

"Rane tak menyukai gelap."

"Dia bukan gadis penakut!" balas Tin, kembali ke arah Pavel dan memegangi lengan omega itu. Khawatir jika ia akan terjatuh akibat berlarian tanpa cahaya.

"Tapi dia bukan anak tak memiliki pikiran yang akan berlari di balik bukit yang gelap seorang diri," balas Pavel.

"Yah, aku tahu. Putriku gadis kecil yang cerdas, tapi suara teriakanmu cukup membuatnya takut hingga berlari keluar."

"Anda yang membuatku berbicara keras, Tuan muda!" balas Pavel dengan kedua mata yang terus awasi sekitaran bukit.

"Jadi, apa kau berniat melanjutkan perdebatan kita lagi di sini, agar putrimu semakin takut dan pergi jauh?"

"Oh Tuhan, kalian benar-benar membuatku sakit jantung. RANE ...! DI MANA KAMU, NAK? APA KAU BENAR-BENAR AKAN LARI DAN MENINGGALKANKU? KAU MAU MELIHATKU MATI KARENA SERANGAN JANTUNG? BAIKLAH! KAU AKAN MENDAPATKAN PAPA TIRI JIKA AKU BENAR-BENAR MATI ...!" teriak Pavel dengan keras, hingga Tin merasa jika bukan hanya Ranesmee yang akan mendengar suara tersebut. Namun, juga semua hewan di sana.

"Apa begitu caramu membunjuk putrimu jika sedang merajuk, Pew?" tegur Tin.

"Apa aku salah? Kalian akan benar-benar membuatku kena serangan jantung. Dan bersiaplah mencarikan papa tiri bagi putrimu!" balas Pavel yang sepertinya tak bosan berdebat dengan Tin yang hanya diam dan terus melangkah ke arah bukit. Dan tetap memegangi lengan Pavel, agar omega itu tak terjatuh.

"Dia tak di sini," ucap Tin ketika sampai di balik bukit.

"Sudah aku katakan!" balas Pavel kembali panik.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang