"Ibu ...! Ibu ...! Oh Tuhan, Ibu, ada apa denganmu?"
Fienes yang terlihat shock, masih bisa kendalikan diri dan meraih tangan ibunya, Daenerys untuk memeriksa detak nadinya, dan hanya dalam waktu dua menit saja ketika ia melihat ibunya muntah-muntah.
"Quen, ibuku meneguk racun!" jerit Fienes di antara kedua matanya yang buram oleh air mata, ketika tak sengaja menghirup aroma kimia yang kuat dari mulut ibunya.
Hingga di detik kemudian, nadi ibunya berdetak sangat cepat sebelum akhirnya melemah. Bersamaan dengan Quen yang mengambil serbet dan di celupkan kedalam air, untuk memastikan racun apa yang sudah sengaja di minum oleh ibu Fienes untuk mengakhiri hidupnya, ketika sang suami Svarga Tifien tewas tertembak saat hendak melakukan transaksi ilegal di sebuah gudang tua.
Penembakan yang di lakukan oleh seorang polisi yang tak lain adalah Kayne Ken, kekasih putrinya sendiri. Dan karena tak ingin menyakiti hati putrinya sebab sudah menaruh dendam pada kekasihnya, Daenerys memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara meminum racun.
"Batrachotoxim," ucap Quen.
Fienes merangkak semakin dekat kepada ibunya yang sudah sekarat, dan gunanakan pahanya untuk menyangga kepala.
"Ibu ...!" seru Fienes kembali mengusap air matanya, menahan isak dengan kehancuran hebat ketika melihat ibunya yang semakin sekarat.
Ia terlihat sangat menderita di atas puncak kepala ibunya. Padahal baru dua hari lalu ia menangis di dalam pelukan sang ibu ketika menyaksikan peti mati Svarga Tifien ayahnya. Dan sekarang ia kembali menagis dengan hati yang semakin remuk redam.
"Ibu ... apa yang sudah kau lakukan? Menagapa melakukan ini ... apa ibu ingin meninggalkanku seperti ayah? Ibu ... Oh Tuhan ... Ibu ...." ratap Fienes mencium ibunya. Berusaha menggendong ibunya dengan mata-mata lebar ketika melihat helaan napas terakhir sang ibu.
"Ibu, aku mohon. Aku tak ingin seorang diri. Jagan pergi. Tolong kasihani aku, aku tak bisa hidup tanpamu, kita bisa memulai hidup baru tanpa ayah, aku akan menjaga dan menghiburmu ibu. Aku mohon ... kembali bernapas ...."
Butiran air mata tak berhenti jatuh di kepala Daenerys, bersamaan dengan helaan napas penghabisan sang ibu. Hingga membuat Fienes meraung. Sedang Quen hanya menggeleng pada Rocco Gagliano yang ikut menitikkan air mata tanpa di sadari.
Hingga di detik kemudian, suara serine ambulance terdengar. Namun, terlambat. Daenerys sudah meninggal di atas pangkuan Fienes yang kini merana dan sakit hati. Bahkan kembali memeluk tubuh ibunya yang masih hangat, mendekap erat sambil berderai air mata. Hingga tak bisa mengucapkan satu kata pun.
Daenerys Tifien kini terbaring dalam peti mati yang indah. Fienes sunggguh tak sanggup pandangi wajah ibunya yang masih terlihat sangat cantik. Ibunya adalah wanita hangat yang penuh kasih sanyang. Hingga ia berharap bisa mati bersama sang ibu, dan tak perlu menjalani hidup di dunia gelap ini lagi seorang diri. Ia yatin piatu kini, dan tak seorang pun yang akan bediri di sampingnya untuk menguatkan.
Rocco meraih tubuh Fienes untuk di gendongnya, dan membawa kedalam kamar, sebelum pakaikan gaun hitam padanya. Dan tutupi kepala gadis itu dengan kerudung hitam sebelum mengusap bekas lelehan air mata.
"Aku akan mejagamu, Fienes. Aku berjanji. Aku dan ayahku akan selalu menjagamu. Kau tak akan sendiri di dunia ini. Kau masih memilikiku dan Quen," bujuk Rocco mendekap tubuh Fienes erat. Meski pria itu tahu, jika perkataan tersebut tak mampu menghibur hati Fienes saat ini.
Penghormatan terakhir sebelum peti ditutup. Dengan Rocco yang tak melepaskan rangkulan pada Fienes. Gadis itu ciumi wajah sang ibu yang mulai dingin, untuk ucapan selamat tinggal, sebelum wajah sang ibu menghilang di balik tutupan peti.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.