[17] Leave, Papa

374 29 6
                                    

Satu minggu berlalu setelah Ranesmee keluar dari rumah sakit, dengan luka di kedua lutut yang berangsur pulih, juga tulang rusuk yang kini membaik. Mereka kembali kerumah. Namun, tak bersama Mayron lagi, sebab wanita itu kembali di panggil oleh Veronica. Begitu juga dengan Tin yang kini kembali menghilang tanpa kabar sedikit pun. Dan hal itu cukup membuat Ranesmee terpukul, sebab ketika terbangun dari tidurnya di rumah sakit, ia hanya mendapati Oskan dan Pavel yang tengah duduk di sampingnya sambil menggenggam tangannya dengan wajah yang di penuh kekhawatiran juga kesedihan. Mereka bahkan tak meninggalkannya sedetik pun.

"Kau di sini? Aku mencarimu sejak tadi," ucap Pavel, duduk di samping sang putri yang terlihat tengah melamun sejak tadi.

"Aku kekamarmu, Pah. Tapi aku melihatmu sedang sibuk," jawab Ranesmee tak memalingkan pandangan dari kandang domba. Ia pun bisa melihat bayangan Tin yang sedang menggendongnya di sana, sambil berlari kecil menuruni bukit, menggiring domba-domba untuk merumput. Ia juga bisa melihat Tin yang sedang memetik anggur di perkebunan, dan membawa keranjang sambil menggendongnya.

"Aku sibuk?! Aku rasa sejak tadi aku tak melakukan apa pun," balas Pavel yang merasa jika ia hanya terus berada di kamarnya.

"Anda sibuk mencoba baju pengantin Anda, Tuan. Dan Anda terlihat bersemangat dan bahagia, hingga tak melihatku," jawab Ranesmee masih tak ingin memandang Pavel yang kembali terdiam.

Mengingat jika beberapa jam lalu, ia memang sempat mencoba baju yang baru saja di bawah oleh Desainer yang merancang miliknya pagi tadi, atas perintah Oskan. Dan itu berarti, Ranesmee juga sudah duduk di sini selama beberapa jam lalu?

"Aku tak menyadarinya, Rane."

"Tak masalah, Pah. Aku baik-baik saja, lagi pula aku juga mengerti. AKihir-akhir ini Anda pasti akan sibuk, karena acara lamaran Anda sudah tak lama lagi."

"Apa kau benar baik-baik saja?"

"Tentu, selama Anda bahagia, aku akan baik-baik saja," jawab Ranesmee yang hanya di balas satu tarikan napas oleh Pavel. Tak percaya jika putrinya sudah benar-benar menerima pernikahannya sekarang.

"Lalu bagiamana dengan kondisi tubuhmu? Apa kau sudah rasa membaik?"

"Yah, berkatmu, kau selalu menjagaku dan tak meninggalkanku."

"Tentu saja aku tak akan meninggalkanmu. Aku menyayangimu."

"Lalu bagaimaan dengan my Dad?"

Pavel akhirnya diam, setelah sang putri kembali mengungkit Tin.

"Sepertinya my Dad sedang dalam kondisi tak baik-baik saja, sudah satu minggu my Dad tak terlihat. Kita bahkan tak mengunjunginya, apakah itu tak terlihat keterlaluan?"

"Dia akan baik-baik saja."

"Apakah menurutmu begitu, Papa?" tanya Ranesmee menoleh pada Pavel, dan bisa menangkap kekhawatiran di wajah papanya, "apa sedikit pun Anda tak pernah memikirkan my Dad lagi?"

"Rane, aku akan menikah ...."

"Yah aku tahu, dan aku turut berbahagia atas pernikahanmu, Papa. Aku tulus mendoakanmu. Tapi, apa kita akan benar-benar melupakan my Dad?"

"Kita tak akan melupakannya, Rane."

"My Dad sakit, Pah. Motor itu menabrak tubuh my Dad hingga terpental jauh hanya untuk melindungiku."

Pavel terperangah kaget. Menatap putrinya dengan raut wajah yang penuh dengan kekhawatiran. Mengapa ia tak pernah tahu, jika kejadiannya demikian. Dan Ranesmee tak tertabrak malam itu, jika di pikir lagi, Ranesmee tak akan luka seperti itu jika hanya menghindari motor yang melaju, terlihat jika putrinya di dorong keras untuk menghindari kecelakaan itu.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang