CHAPTER 102

103 16 1
                                    

KEDIAMAN HAMILTON

"Selamat pagi, Ibu," sapa Pavel meletakkan sepiring Panzenella di atas meja. 

Sebuah menu makanan berbahan utama roti dan sayuran juga tomat yang bagian atasnya di beri salad sayur. Pavel sengaja menyiapkan menu tersebut pagi ini, karena mendengar keluhan Veronica yang bosan dengan menu yang selalu di siapkan oleh Pavel di setiap paginya.

Sebenarnya, tak ada yang salah dengan semua menu berbeda yang di siapkan oleh Pavel di tiap pagi, siang, dan malam hari. Hanya saja Veronica yang tak pernah mau menyentuh makananan tersebut jika Tin tak ikut makan bersama mereka. Veronica bosan karena terus makan di restaurant. Namun, muak dengan semua makanan yang dibuat oleh Pavel, tepatnya muak dengan istri putranya sendiri.

"Sepertinya enak," puji Tin memuji makanan istrinya, saling tersenyum dengan hangat ketika mata mereka saling bertemu, dengan Pavel yang terlihat mengerling dengan senyum manisnya hingga membuat Tin berbunga-bunga. Merasa jika ia selalu jatuh cinta kepada Omega itu.

"I love you," ucap Tin tak bersuara. Namun, gerakan mulutnya jelas terbaca jika pria itu sedang mengungkapkan perasaan cinta kepada sang istri tepat di hadapan sang ibunya yang semakin mual, bahkan nyaris muntah sebelum memakan masakan menantunya. Namun, tak ingin menyela, ia hanya amati putranya, biarkan Tin terus menatap istrinya tak berkedip, merasa jika putranya tak terselamatkan lagi.

Veronica menyadari, jika akan banyak konsekuensi yang akan ia terima jika menyakiti Pavel saat ini. Namun, entah mengapa otaknya selalu saja tak bisa di kontrol, ingin terus melakukan sesuatu untuk menyingkirkan Pavel dari kehidupan putranya. Ia bahkan sudah sangat muak karena harus terus berpura-pura tersenyum di depan Omega itu.

"Ibu, aku akan mengantarkan Pavel ke Brintanny siang ini," ucap Tin membuka pembicaraan ketika Pavel sudah duduk di sampingnya untuk ikut sarapan bersama.

"Bukankah kalian tak boleh kemana pun sebelum pernikahan kalian?" tanya Veroniva samarkan mual ketika melihat seluruh menu yang tersaji di atas meja. Ia terpaksa harus menyentuh makananan tersebut pagi ini, berhubung putranya di sana dan ikut sarapan mereka.

Hari ini weekand, jadi putranya tak kekantor. Ia sangat ingin menghabiskan waktunya bersama sang putra untuk bermain golf bersama seperti kebiasaan mereka dulu. Namun, sepertinya ia harus membatalkan rencana tersebut.

"Aku tak akan lama."

"Iya ibu, aku akan lekas kembali. Tapi jika memang ibu tak mengizinkannya, sungguh tak masalah. Kita bisa menundanya lain waktu. Mungkin hari ini ibu ingin bersama Tin untuk menghabiskan waktu bersama," sambung Pavel mencoba untuk mengerti, jika Tin bukanlah miliknya sepenuhnya. Tin juga milik ibunya, dan ia tahu jika Veronica pasti sangat merindukan hari-hari kebersamaan mereka sebagai putra dan anak.

Tin manggut-manggut menatap sang istri yang terlihat lebih pengertian kepada ibunya. Salut kepada sang istri yang sangat ingin memenangkan hati ibunya, dan ia rasa Pavel sudah sangat bekerja keras selama ini, hingga ia yakin, jika Pavel pasti bisa meluluhkan ibunya yang keras hati. Cepat atau lambat, mereka hanya perlu bersabar, berusaha, dan menunggu.

"Yah, Pew benar. Jika memang ibu keberatan. It's okay, kita akan tinggal dan menghabiskan waktu bersama, kita akan main golf bersama, dan Pew akan menemani kita," balas Tin.

Satu sudut kening Veronica terangkat keatas, bukankah kehadiran Pavel akan semakin merusak suasana?

"Baiklah, kalian boleh pergi," balas Veronica menyerah.

"Maaf menyela, Tuan Albern sudah datang. Jika tak keberatan biar aku saja yang menggantikan Anda untuk mengantarkan tuan Pavel," sela Celio.

Tin menggeleng, meski ia tahu jika Celio mulai bergeser padanya sedikit demi sedikit. Namun, ia tetap tak ingin ibunya curiga, tak ingin jika ibunya tak percayai asistennya lagi.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang