"Selamat siang, Pavel," sapa seseorang di tengah kesibukan Pavel yang sedang mengeluarkan domba-dombanya dari sebuah kandang, sebelum menggiring mereka menuju ke padang rumput.
"Mau sampai kapan kau akan terus melakukan ini, Oskan?" tanya Pavel, tanpa mengalihkan pandangan. Merasa jika pria itu sudah membuang-buang waktunya selama ini.
Pavel bahkan lebih fokus dengan puluhan dombanya, seolah hewan berbulu itu jauh lebih menarik, di bandingkan pria tampan di hadapannya saat ini. Terlebih pagi ini, Oskan terlihat begitu rapi dan tampan dengan setelan jas lengkapnya, juga gaya rambut klasiknya. Pria itu tak pernah terlihat tak tampan jika akan mengunjungi Pavel dan mengantar putrinya kesekolah. Satu rutinitas yang selalu ia lakukan di tiap harinya.
"Sampai Rane menyuruhku untuk berhenti."
"Rane tak akan menyuruhmu berhenti, karena dia mengasihanimu," balas Pavel akhirnya menatap pria di hadapannya. Hingga senyum menawan menyambutnya.
"Oh ayolah, Rane bukan anak seperti itu," balas Oskan mengambil daun ilalang kering yang menempel di rambut Pavel.
"Yah, putriku memang gadis kecil yang baik, dia tak akan mengatakan apa pun jika itu akan melukaimu," ucap Pavel.
Melangkah mengikuti domba-dombanya yang sudah berjalan beriringan menuju padang rumput di balik bukit yang letaknya tak begitu jauh dari rumah pondok mereka, dan hanya berjarak satu meter dari halaman samping, hingga dari dalam pondokkan pun, mereka masih bisa memantau domba-domba mereka yang sedang merumput.
"Pah," panggil Ranesmee yang terlihat baru saja keluar dari pondokkan, dengan seragam lengkap, tetapi belum mengenakan sepatu. Gadis kecil itu hanya menggunakan sendal jepit, melangkah ke arah papanya.
"Yah, ada apa? Seharusnya kau bergegas. Bodyguard-mu sudah menunggu sejak tadi," sahut Pavel mengalihkan pandangan ke arah Oskan yang kini tersenyum ke arah Ranesmee.
"Anda tak melupakan undangan pertemuan penting di sekolah, 'kan?" tanya Ranesmee usai menyapa Oskan dengan saling adu kepalan tangan layaknya dua orang jagoan yang hendak bertarung di atas ring.
"Apa hari ini?" tanya Pavel mengernyit, terlihat sedang mengingat-ngingat sesuatu yang mungkin ia lupakan.
Ranesmee menepuk dahi, sudah ia duga. Pavel pasti melupakan pertemuan penting tersebut. Sedang mereka sudah membahasnya semalam ketika akan tidur.
"Pertemuan di adakan siang nanti, Tuan. Aku sudah mengatakan hal ini kepada Anda semalam," balas Ranesmee.
"I'am so sorry, aku benar-benar lupa," balas Pavel ikut menepuk dahinya. Sebelum tersenyum, menatap putrinya.
"Lalu, apa Anda akan menghadirinya?" tanya Ranesmee, berharap Pavel akan berubah pikiran. Sungguh aneh, seharusnya ia tak perlu mengingatkan papanya lagi. Namun, belum siap menerima tamu di rumah setelahnya. Terlebih itu Catdwell.
"Tentu, setelah aku selesai dengan ini," balas Pavel tersenyum lebar ke arah sang putri.
"Baiklah, sebaiknya Anda tak melupakannya lagi. Oh iya, Uncle. Kita bisa pergi sekarang setelah aku memakai sepatuku, maaf sudah membuat Anda menunggu lama, aku nyaris kesiangan karena semalaman aku tidur terlambat," ucap Ranesmee mengalihkan pandangan ke arah Pavel.
"Ada apa? Kau bermain game?"
"Jika saja papa menginzinkanku," balas Ranesmee yang sekalipun tak pernah merasakan serunya bermain game, karena salah satu aturan sang papa yang tak menginginkannya untuk bermain game, dengan alasan bisa membuatnya kecanduan dan malas belajar.
Sedang meski tak belajar giat pun, Ranesmee sudah memiliki otak yang cerdas seperti grandma dan daddynya. Bahkan kata Mayron yang mengkuti perkembangan putri Pavel itu mengatakan jika Ranesmee seperti buah jatuh dari pohonnya, tumbuh subur di bawah naungan inangnya. Ranesmee pun mengikuti gen daddy-nya, menjadi seorang Alpha perempuan satu-satunya dalam keluarga Hamilton.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.