CHAPTER 10

263 33 0
                                    

Mendorong pintu pagar saat seorang gadis kecil juga pria kecil sudah berdiri di balik pagar kayunya sambil melambangkan tangan secara bersamaan. Mereka adalah Beall Efrain, putri dari Clare Efrain. Teman Pavel sejak mereka masih berusia 2 tahun, lahir di minggu yang bersamaan, dan hanya berselang jam, berada di sekolah, kelas, dan tempat duduk yang sama. Berbeda dengan Sean Squire, putra dari Roberto Squire dan mendiang Siofra Adelmo, yang usianya terpaut lima tahun dari mereka. Namun, selalu bersama dan menjaga mereka tiap waktu, terlebih Sean adalah seorang Alpha.

"Apa kau punya tamu?" tanya Beall sambil mencondongkan kepalanya ke depan, terlihat tampak penasaran.

"Tidak, dia tamu ibuku," jawab Pavel kembali menutup pintu pagar.

"Bukankah berarti dia tamumu juga?" tanya Beall mengamati wajah murung Pavel.

"Tidak ...."

"Sean, apa kau tidak penasaran? Bagaimana jika kita melihat tamu ibu Pavel," potong Beall.

"Hentikan, Beall. Kau tampak terlihat seperti seorang ibu-ibu yang hobi bergosip," balas Sean.

"Hei! Lalu bagaimana denganmu? Apa kau tidak penasaran dengan pria dewasa itu?"

"Kenapa aku harus penasaran?" tanya Sean.

"Bagaimana jika pria itu jahat, dan tidak menyayangi ibu Delania?" tanya Beall. 

Sean mengernyit kening sambil menengok ke arah rumah Pavel meski tak berlangsung lama. "Ibu Delania wanita yang baik, pria itu tidak akan menyakitinya."

"Bagaimana dengan Ayah Jeff? Buktinya bisa menyakiti ibu Delania," balas Beall, sedang Pavel hanya terdiam di tempatnya, tak berkomentar apa pun.

"Beall hentikan. Kau bahkan sudah terlihat seperti ibu-ibu komplek yang sedang menggosipkan sesuatu hal yang tidak penting," ucap Sean terus mengedipkan mata ke arah Beall sebagai isyarat agar anak itu diam dan menutup mulutnya, saat menyadari wajah Pavel yang semakin muram.

"Ada apa? Aku benar, 'kan? Ayah Pavel juga seorang yang jahat karena tega meninggalkan ibu Delania dan juga Pavel. Kenapa kau terus berkedip padaku, apa matamu bermasalah?" tanya Beall kurang pekah.

"Oh ayolah Beall, bisakah kau diam saja?" balas Sean yang langsung menghampiri Beall dan membekap mulut gadis kecil itu menggunkan telapak tangannya.

"Apa kita akan memanen buah Burberry hari ini?" tanya Pavel dengan nada tenang.

"Apa kau tidak apa-apa?" balas Sean balik bertanya, sedang Beall masih terdiam dengan mulut yang masih di bekap.

"Apa aku terlihat buruk?"

"Benar, kau tampak muram, matamu bahkan terlihat sembab dan masih sesegukan. Apa yang kau tangisi?" tanya Sean.

"Tidak, aku hanya ...." Kalimat Pavel terhenti, dan kembali mengalihkan pandangan ke arah rumahnya. "Sebaiknya kita pergi dari sini," sambungnya yang langsung melangkahkan kakinya.

"Aku akan melepaskan tanganku jika kau diam dan tidak berkomentar aneh-aneh, kau mengerti?" tanya Sean kepada Beall yang hanya menganggukkan kepala.

"Kau nyaris membuatku pingsan," protes Beall menarik napas panjang.

"Kata-katamu barusan membuat Pavel semakin bersedih, bisakah kau tidak mengungkit masalah Ayah Jeff lagi?"

"Benarka? I'am so sorry," balas Beall tampak menyesal, dan langsung menatap punggung Pavel yang masih melangkah dengan kepala tertunduk, seolah tengah menghitung jumlah bebatuan kerikil di tengah jalan yang ia tepakki.

"Maka dari itu, diam saja dan bicaralah seperlunya," ucap Sean yang langsung menyusul dan menjejeri langkah Pavel.

"Sebenarnya siapa pria itu?" tanya Sean, sedang Beall hanya bisa terdiam sambil menyimak, takut berkomentar sebab tak ingin Sean membekap mulutnya lagi.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang