CHAPTER 12

232 31 0
                                    

📞 "Nomor yang Anda tujuh sedang tidak aktif, silakan coba beberapa saat lagi."

Suara operator kembali menjawab panggilan dari Delania yang saat ini tengah mengerang menahan rasa sakit seorang diri dan hanya bisa mencengkram kuat gagang kursi saat sakit, kram di perut juga pangkal paha mulai menyerangnya tanpa ampun. Tak hanya itu, ia juga merasakan sakit dipunggung disertai rasa pegal yang membuat napasnya mulai tak beraturan.

Delania mengalami kontraksi lebih awal dari perkiraan, sedang ia hanya seorang diri, dan tak bisa ke mana pun di karenakan badai yang turun malam itu. Nomor Jeff pun tak bisa di hubungi sejak sore, entah karena pria itu terjebak badai atau sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Pikir Delania mulai cemas.

"Oh Tuhan ... Jeff, di mana kamu ... sepertinya putra kita akan lahir ... ARRGH ...!" 

Delania menjerit keras, meringis dan kembali mencengkram kuat gagang kursi saat kembali kontraksi, hingga rasa sakit kembali hilang, dengan mengumpulkan semua tenaga yang tersisa, Delania lekas beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar rumah, mengabaikan hujan yang turun semakin deras, bersamaan petir yang bergemuruh. Berjalan ke arah taksi yang berhenti tepat di depan halaman rumah dengan Delania yang langsung melangkahkan kaki melewati genangan air hujan yang mulai memenuhi halaman rumahnya.

"Apa Anda seorang diri Nyonya?" tanya sang supir taksi saat melihat Delania yang hanya seorang diri masuk ke dalam taksi dengan kondisi yang terlihat basah kuyup, juga pakaian seadanya. Rambutnya pun masih berantakan dengan tubuh yang terlihat gemetar menahan sakit dan dingin oleh guyuran air hujan.

"Yah ... bisakah kita pergi saja? Aku rasa, aku sudah tidak bisa menahannya lagi ... aku mohon ...." Delania berusaha menahan sakit, hingga tak sadar menggiggit punggung tangannya sendiri saat ia kembali kontraksi, berusaha menahan agar tak menjerit.

"Baik Nyonya, aku harap Anda bisa menahannya. Aku akan membawa Anda ke rumah sakit terdekat secepat mungkin, bersabarlah."

"Terima kasih, Tuan," angguk Delania mengusap air mata yang tiba-tiba menitik begitu saja, hingga di menit berikutnya ia mulai merasa semakin menggigil akibat baju basah yang di kenakan.

"Apa Anda masih bisa menahannya, Nyonya?" tanya pria pengemudi taksi tampak khawatir ketika mendapati Delaniayang semakin menggiggil kedinginan.

"Aku tidak apa-apa ... aku hanya ... Ahk ... tolong ... abaikan saja aku, lekaslah kerumah sakit. Ini sangat sakit, aku tidak bisa menahannya lagi." balas Delania mencengkram kuat pinggiran tempat duduk sambil memejam kuat. Hingga di detik kemudian saat ia bisa merasakan tubuhnya menghangat ketika mantel tebal menutup tubuhnya.

"Pakai ini, Nyonya. Sebentar lagi kita akan sampai, bertahanlah," ucap pria itu kembali melajukan mobilnya melewati badai, bahkan jika terjadi satu kesalahan saja, akibatnya akan sangat fatal bagi mereka.

Semoga Anda baik-baik saja, entah apa yang akan Tuan muda lakukan jika terjadi sesuatu kepada Anda. 

Sang pengemudi taksi tak berhenti khawatir, tatapan matanya tak luput dari bayangan Delania yang masih berjuang menahan sakit yang luar biasa di area pinggul dan perutnya. Dan demi menyelamatkan Delania, pria itu harus berpura-pura menjadi seorang supir taksi, atas perintah seseorang yang mungkin Delania kenali. Hingga hanya dalam hitungan menit saja taksi sudah berhenti tepat di depan halaman rumah sakit, melepaskan seatbelt dan langsung turun dari sana, untuk menjemput Delania, tanpa aba-aba menggendongnya menuju ke brangkar.

"Maafkan aku Nyonya jika sudah lancang menggendong Anda," ucap sang supir taksi di sela perjalanan mereka. Sedang Delania hanya bisa mengangguk sambil memejam kuat menahan rasa sakit yang luar biasa. Tak peduli siapa pun yang menolongnya malam ini, sebab yang ada di dalam pikirannya hanyalah ingin menyelamatkan bayinya.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang