"Di mana tuan muda?" tanya Mayron ketika tak melihat Tin, bahkan sudah hampir sore, dan ia juga butuh memeriksa kondisi Pavel. Sebab sudah waktunya Omega itu minum obat.
"Di kamar," jawab Albern singkat.
"Kamar? Sejak semalam? Tapi, ini sudah hampir sore. Sudah waktunya aku memeriksa kondisi Pavel."
"Pavel tak di sini lagi."
"Apa? Lalu? Dia ...."
"Pergi," jawab Albern yang lagi-lagi hanya memberikan jawaban singkat di barengi napas berat.
Ia tak sengaja melihat Pavel berlari keluar halaman villa semalam. Namun, tak berniat untuk mencegahnya, karena ia yakin jika Tin akhirnya membiarkan Omega itu pergi, sebab ia tak melihat pria itu mengejar ataupun mengikutinya sepertinya biasa.
"Pergi?!" tanya Mayron terkejut, dan langsung duduk di atas sofa sebelum meletakkan nampan berisi soup daging dan bubur, juga beberapa botol obat yang sudah ia siapkan untuk Pavel.
"Ya."
Albern kembali menjawab singkat, menatap ke arah pintu kamar Tin yang masih tertutup rapat. Mengkhawatirkan pria itu, entah sudah sehancur apa hatinya saat ini, ketika ia lebih memilih untuk menyerah, mengingkari janji ketika mengatakan ingin melindungi istrinya. Entah apa yang sudah di katakan Pavel padanya, hingga Tin memilih untuk melepasakannya.
"Apa yang terjadi?! Kenapa Pavel bisa pergi?"
"Aku rasa, Tin sudah tak ingin melihat nyonya Veronica menyakiti Pavel lagi, meski ia sangat mencintai istrinya, tapi ia rasa itu pilihan yang terbaik."
"Oh Tuhan, tapi bukankah mereka sudah berjanji untuk tak saling meninggalkan satu sama lain?"
"Anggap saja mereka sedang berbohong saat itu, karena pada kenyataannya, Pavel akhirnya pergi dengan izin Tin," balas Albern menatap Mayron hingga beberapa saat sebelum kembali tertunduk, menatap ujung sepatunya.
Ia jelas berduka, ia juga bisa merasakan kekecewaan dan rasa sakit yang di rasakan oleh Tin saat ini. Biar bagaimanapun ia yang sudah menemani pria itu sejak usianya masih sangat kecil hingga sekarang, ia yang merawat dan terus bersamanya.
"Tapi Pavel masih sakit, dia masih butuh perawatan, dia masih mengalami luka dalam. Aku khawatir jika terjadi sesuatu padanya karena mengabaikan sakitnya."
"Kita masih akan memantaunya, Mayron. Aku sudah memerintahkan Luan untuk mencari keberadaan Pavel. Aku yakin dia ke Boulevard."
"Boulevard?"
"Ya. Dia pasti menemui Abella Yume."
"Who's he?"
"Abella Yume adalah satu-satunya keluarga Pavel, dia ibu angkat Pavel."
"Kita harus menemuinya di sana."
"Aku sedang memikirkan itu," balas Albern bersamaan dengan pintu kamar Tin yang tiba-tiba terbuka.
Begitu juga dengan Albern dan Mayron yang langsung mengalihkan pandangan mereka secara bersamaan. Cukup terkejut dengan kondisi Tin yang tampak kacau. Pria itu terlihat seperti seroang mayat hidup sekarang. Wajah pucat pasih, mata sembab, rambut awut-awutan. Sungguh tak seperti seorang Krittin Feith seperti biasa yang selalu terlihat rapi dan manly dengan gaya rambut undercut quiff-nya.
"Tin ...."
"Aku akan kembali ke Enschede," potong Tin yang cukup mengejutkan Albern dan Mayron.
"Ada apa? Apa sesuatu telah terjadi?" tanya Mayron cepat.
Apa Pavel di sana? Mungkin ia akan menjemput Omega itu di sana. Itulah yang ada di dalam pikiran Mayron sekarang, berbeda dengan Albern yang langsung curiga jika Tin baru saja mendapatkan perintah dari Veronica. Satu perintah atau mungkin ancaman yang tak bisa ia bantah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.