CHAPTER 81

102 16 0
                                    

GIETHROON

"Pavel ...!" panggil Sean berdiri di depan pintu kamar Pavel yang sejak semalam tertutup. Omega itu belum keluar sejak semalam, meski hanya untuk makan.

Entah apa yang sudah terjadi dengan Omega itu. Namun, Sean cukup memahami, mengingat masalah yang sedang di hadapinya.

"Pavel, aku akan masuk. Kau tak keberatan?" tanya Sean sekali lagi, memegang gagang pintu dan mendorongnya secara perlahan.

Hingga susana kamar yang remang menyambutnya seperti biasa. Pavel masih menyukai suasana tersebut, dan masih tak menyukai cahaya masuk kedalam kamarnya. Itu terbukti ketika tirai di biarkan tertutup begitu saja, bahkan tanpa menyalakan lampu tidur.

Sean berdiri di ambang pintu, merlihat Omega itu bergerak dari balik selimut. "Kau baik-baik saja?"

Tak ada yang menyadari jika semalaman ini ia kembali di serang rasa sakit hingga membuatnya nyaris pingsan, ia benar-benar sekarat dan terus muntah dengan darah yang terus-menerus keluar dari hidungnya. Susah payah menyembunyikan semuanya agar Sean tak menyadarinya. Pavel juga mengurung diri di dalam kamar mandi hampir lima jam lamanya.

"Sean ...?"

Pavel beranjak dari pembaringannya, duduk di pinggiran tempat tidur dengan piyama yang masih di kenakan.

"Aku mengganggu tidurmu?" tanya Sean sedikit kahawatir. Wajah Pavel terlihat pucat pasih.

"Tidak, aku baru saja akan bangun," balas Pavel merapikan rambutnya meski masih terlihat kusut. Biasanya Tin yang selalu melakukan itu padanya.

Kembali mengingat hal-hal kecil yang selalu pria itu lakukan padanya. Dan tak bisa di pungkiri jika saharian ini ia merindukan pria itu, mulai was-was dan khawatir, bagaimana jika akhirnya pria itu tak datang? Bagaimana jika Veronica akhirnya berhasil membujuk Tin untuk meninggalkan dirinya dan menikahi Zein.

Oh Tuhan, apa yang sudah kau pikirkan? Bukankah itu hal yang baik? Kau sekarat. Kau tak mungkin terus menahan pria itu di sampingmu.

Pavel menarik napas berat sebelum beranjak dari duduknya. Sedikit mengolesi liptin di bibirnya untuk menutupi wajah pucatnya.

"Sebaiknya kau makan dulu, kau tak makan sejak semalam."

Pavel tersenyum menghampiri Sean. "Terima kasih, Sean."

"Kau baik-baik saja?" tanya Sean mengikuti langkah Pavel. Tak percaya jika Omega itu baik-baik saja. Ia pun sudah memperhatikan Pavel sejak ia menjemput Omega itu di rumah sakit.

Pavel tak hanya kelelahan. Namun, ia yakin jika ada penyakit lain yang bersarang di tubuhnya. Ia juga bisa melihat jika Omega itu kadang terlihat sedang menahan rasa sakit, berada di dalam kamar mandi hingga beberapa jam, dan selalu terlihat pucat di tambah dengan berat badannya yang mulai berkurang. Sean merasa jika ia harus mencari tahu itu, tak mungkin menunggu Pavel untuk jujur padanya soal apa yang ia rasakan, lagi pula ia tahu rumah sakit yang pernah merawat Omega itu.

"Aku baik-baik saja, Sean."

"Kau tampak pucat, Pavel. Kau terlihat sakit."

"Aku hanya kelelahan."

"Kau tak melakukan apa pun sejak semalam."

Sean menata makanan di atas meja saat Pavel sudah duduk di sebuah kursi, melipat tangan di atas meja. Bersamaan dengan ponsel Sean yang berdering dan Beall menyapa dari ujung sambungan.

📞 "Sean, di mana Pavel? Tidakkah kau katakan padanya jika aku sangat ingin berbicara dengannya?"

Suara Beall terdengar hingga ketelinga Pavel yang hanya tersenyum. Ia juga merindukan gadis itu, gadis ceria dengan tingkah polos yang terkadang sedikit menyebalkan, tetapi Pavel menyayanginya.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang