CHAPTER 84

128 15 0
                                    

"Apa bibi Cla baik-baik saja?"

"Yah, dia baik-baik saja. Hanya saja ... terkadang ia merasa kesepian, lepas Beall meninggalkan rumah. Mereka tak pernah saling jauh sebelumnya."

"Aku mengerti. Pasti berat bagi bibi."

Hening, hingga beberapa menit.

"Pavel!" panggil Sean.

"Yah?"

"Apa kau masih tak ingin jujur padaku soal penyakitmu?"

Tak ada kalimat yang keluar dari mulut Pavel kali ini. Apa ia memang terlihat seperti seorang sekarat sekarang? Hingga Sean sendiri tak percaya saat ia katakan jika baik-baik saja?

"Maaf ... tapi bibi Clare mengatakan sesuatu padaku," sambung Sean menghentikan laju motor dan menepikanny ke trotoar jalan. Turun dari atas motor dan berdiri menyandarkan tubuh dengan Pavel di sampingnya.

"Sesuatu?"

"Yah, soal penyakit yang kau derita saat ini."

"Tapi tak ada yang mengetahui ini ...."

Pavel terlihat cemas. Ia tak pernah menginginkan orang lain mengetahui kondisinya. Meski Sean dan Clare bukanlah orang lain baginya, tetapi tetap saja. Ia tak pernah mau membuat mereka khawatir karena terus memikirkannya yang sekarat.

Kekhawatiran kalian adalah beban untukku.

Pavel menarik napas kuat. Mengangkat kepala dan menatap Sean di sampingnya.

"Jadi itu benar, 'kan? Kau sedang sakit sekarang, kau sekarat."

Pacel masih tak mengucapkan apa pun. Hingga beberapa saat. "Yah."

"Gagal ginjal?!" balas Sean kembali menebak. 

Dan Pavel yakin itu tak hanya tebakan, pria itu mengetahui segalanya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Jujur dan menceritakan semuanya? Tapi dari mana ia mengetahuinya? Ada banyak pertanyaan di dalam kepala Pavel saat ini.

"Aku tak pernah menceritakan penyakitku kepada siapa pun, termasuk bibi Clare, lalu bagaimana ia bisa mengetahui ini?"

"Ia bahkan sudah tahu sejak lama, ketika kau di rawat di rumah sakit waktu itu, sebelum melarikan diri dan kembali menghilang. Itulah alasannya kenapa bibi Clare terus mencari dan mengkhawatirkanmu, terus menangisimu. Karena ia tahu kondisimu yang bahkan kau sendiri tak mengetahuinya, ia tahu kau sedang sakit ketika meninggalkan mereka."

Pavel membekap mulut, cukup terkejut. Sungguh ia sudah membuat wanita itu khawatir padanya selama ini. Kedua matanya pun kembali berkaca, tak mampu menyembunyikan kesedihan. Mengapa selama ini ia selalu merasa jika tak ada satu pun yang mempedulikan bahkan mengingatnya? Clare sama seperti ibunya. Mereka tulus menyayanginya. Namun, mengapa ia sampai melupakan hal itu?

"Bagaimana kondisimu sekarang?" tanya Sean. Sedang Pavel masih terdiam, "Krittin tak mengetahui ini, 'kan?"

Pavel menggeleng pelan.

Sean menghembuskan napas kasar. Berkacak pinggang. Tak mengerti apa yang ada adi dalam pikiran Pavel saat ini.

"Sampai kapan kau akan menyembunyikan ini?"

"Entahlah." Pavel tertunduk lemas. "Aku juga ketakutan. Aku takut jika harus meninggalkan orang-orang yang aku kasihi. Aku bahkan bisa merasakan, akan sesakit apa mereka. Perasaan yang pernah aku alami ketika ayah dan ibuku pergi meninggalkanku. Mungkin akan sesakit itu."

"Apa seburuk itu?"

"Yah," angguk Pavel, "gagal ginjal stadium akhir," sambungnya menatap Sean yang terlihat shock, "dan aku harus melakukan transplantasi ginjal agar bisa bertahan hidup." 

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang