PANTHOUSE KRITTIN FEITH
Berdiri di depan sebuah jendela kaca yang tertutupi tirai, pandangan Tin menerawang, memandang awan putih yang beriak di atas langit, dengan angin yang sesekali menyapa wajahnya lewat pintu jendela yang ia buka.
Ia tahu jika hanya dirinya yang merasakan perasaan rindu dan cinta, ia juga tahu jika sedikit pun Pavel tak pernah mengingat ataupun merindukannya, ia pun yakin jika Pavel tak lagi mengingat pertemuan mereka dulu. Namun, entah mengapa, hal tersebut tak mampu memudarkan perasaannya terhadap Omega itu. Hingga pertemuan dan kejadian yang sudah mereka lakukan malam itu semakin membuat Tin sesak napas sebab tak mampu melupakan Omega itu sedetik pun.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi denganmu? Mengapa kau sampai seperti sekarang?" gumam Tin.
Ingatannya kembali tertujuh pada beberpa tahun lalu, lepas kepergian Pavel yang menyisahkan rindu dan kekhawatiran yang mendalam di dalam hatinya, mengingat betapa ia yang sudah menghabiskan waktu untuk terus mencari keberadaan Pavel, sempat berada di depan pintu rumah Pavel selama dua puluh empat jam hanya untuk menunggunya, ketika tahu jika rumah tersebut adalah kediaman Pavel. Dan tak hanya di hari itu saja, di hari-hari berikutnya pun, Tin terus menyambangi kediaman Pavel, meski tahu jika tempat tersebut sudah kosong tak berpenghuni.
"Sudah aku duga, kau kembali ke sini lagi," ucap Albern yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Karena hanya tempat ini yang bisa membuatku nyaman," jawab Tin tanpa mengalihkan pandangan.
"Apa yang sudah kau lakukan kepada Zein?"
"Aku tak melakukan apa pun."
"Dia terus menangis, aku khawatir. nyonya Veronica mengetahui itu. Dan masalah akan semakin rumit pada akhirnya."
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Menuruti permintaannya untuk tidur bersama?" tanya Tin dengan tatapan yang masih tertuju keluar jendela, menatap awan berarak di atas sana.
"Kau bisa melakukan itu kepada tuan Pavel, tapi kenapa tidak dengan Zein yang jelas ada hubungannya denganmu. Dia tunanganmu, bahkan sebentar lagi kalian akan menikah."
"Aku tak melakukan hal tersebut kepada Zein, sebab sejak dulu hingga sekarang, dia tetap seorang adik bagiku, aku tak bisa merasakan perasaan apa pun selain itu, Albern. Mana bisa aku melakukan hal itu padanya."
"..."
"Aku tak merasakan debaran apa pun saat berada di dekatnya, saat menyentuh tangan, dan memeluknya. Bahkan saat menciumnya pun aku tetap tak bisa merasakan apa pun," sambungnya, mengalihkan pandangan, menatap Albern yang terlihat menarik napas panjang, sebab sejak awal pun ia juga tahu akan hal itu.
"Aku tahu akan hal itu."
"Lalu kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini? Seolah menyuruhku untuk ...."
"Aku hanya mengkhawatirkan Tuan Pavel, dan hubungan kalian. Kau tahu jika nyonya Veronica tidak akan tinggal diam. Sejak dulu tuan Pavel sudah masuk dalam daftar black list-nya."
"..."
"Karena aku tahu kau sangat mencintai tuan Pavel, jadi kau harus melakukan sesuatu untuk melindunginya."
"Dengan cara menjauhinya?"
"Kau tak punya pilihan lain Tuan muda."
"Tapi aku tidak bisa melakukan hal itu, kau tahu jika sudah sangat lama aku mencari Pavel, dan setelah menemukannya, aku tak mungkin melepaskannya begitu saja, Albern."
"Aku tak menyuruhmu untuk melepaskannya, aku hanya ingin kau menjauhinya, setidaknya untuk sementara waktu."
"Sampai kapan? Sampai ibu benar-benar menikahkanku dengan Zein?" tanya Tin yang akhirnya membuat Albern terdiam tak bisa menjawab apa pun, "aku ... ingin menikahi Pavel."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.