CHAPTER 122

179 24 6
                                    

BRINTANNY

"Pew, bagaimana jika kau makan dulu?"

Sean duduk di samping tempat tidurnya, dengan sebuah nampan berisi semangkuk soup, susu hangat dan buah di dalamnya.

Pagi ini mereka tiba di Brintanny. Hendak ke Kaysersberg, hunian pribadi milik Pavel yang berada di kaki bukit. Namun, omega itu menolaknya. Hingga Sean memutuskan untuk membawanya ke rumah pondok tepi danau miliknya, setelah kondisi Pavel benar-benar sudah pulih.

"Aku sedang tak ingin memakan apa pun, Sean," tolak Pavel mengalihkan pandangan keluar jendela.

"Please, Pavel. Kondisimu baru saja pulih. Makanlah meski hanya sedikit," bujuk Sean tak menyerah,  dan langsung mengambil sendok, untuk menyuapi Pavel.

"Sean ...."

"Ayolah, Pavel. Hanya sedikit. Aku mohon," balas Sean mencoba menyuapi Pavel yang akhirnya menyerah dan langsung membuka mulut, menerima suapan dari Sean. 

Hingga beberapa kali suapan sebelum Pavel menolak karena merasakan mual yang tiba-tiba menyerang.

"Aku rasa cukup," tolak Pavel mengusap perutnya yang mulai bergejolak.

"Kau sudah merasa kenyang sekarang? Kau hanya makan sedikit."

"Yah, itu sudah cukup, terima kasih, Sean."

"Baiklah, kau bisa tidur sekarang. Tapi, apa kau yakin tidak akan meminum obat lagi?" tanya Sean, mengambil beberapa botol obat dari dalam plastik.

"Tidak," tolak Pavel yang selalu menolak ketika Sean hendak memberikannya obat. Sebab ia harus menjaga bayi di dalam kandungannya agar tetap baik-baik saja.

"Pavel, sejujurnya aku masih tak mengerti, mengapa kau selalu menolak untuk meminum obatmu? Kau juga menolak untuk ke Dokter, jika terus seperti ini, kondisimu akan semakin melemah."

"Aku sedang mengandung, Sean," jujur Pavel yang cukup membuat Sean terkejut.

"Kau hamil?" tanya Sean sekali lagi. Dan entah mengapa hal itu cukup membuatnya sangat hancur dan terpukul.

Pavel sudah cukup menderita ini, dan ia tak ingin bayi yang ada di dalam kandungannya juga measakan hal sama. Tin menceraikannya di saat sedang mengandung. Sungguh satu hal yang membuat Sean naik pitam. Ia benar-benar sudah tak bisa mentoleril lagi perlakuan keluarga Hamilton terhadap Pavel.

"Yah, dan inilah alasanku tak ingin mengkonsumsi obat-obatan itu, dan tak ingin ke dokter."

"Tapi, Pavel. Bukankah ke dokter adalah hal yang bagus? Mereka bisa memberimu obat yang aman untuk di konsumsi omgea hamil."

"Kau salah, Sean. Justru mereka tak akan membiarkanku mempertahankan bayiku."

"Tidak mungkin. Mereka tak punya alasan untuk melakukan hal itu."

"Aku sakit, Sean. Dan kehamilanku sangat beresiko. Tapi aku tak akan mungkin membiarkan mereka mengambil bayiku lagi," balas Pavel terlihat cemas.

"Pavel ...."

"Aku tidak akan pernah merelakan bayiku, Sean. Dan apa pun yang terjadi, aku akan tetap mempertahankan bayiku, dan bertahan sampai ia lahir."

"Tapi bagaimana denganmu?"

"Aku akan baik-baik saja. Aku tak memikirkan diriku sendiri sekarang, aku memikirkan bayiku karena kehidupannya jauh lebih penting dari apa pun."

"Pavel .... "

"Dengan mengambil bayiku, itu hanya memperlambat penyakit ini untuk mengambil nyawaku, bukan karena agar sembuh. Bukankah itu percuma? Toh aku juga pasti akan mati, jadi setidaknya. Jika aku mempertahankan bayi ini, kalian tak akan merasakan kehilangan aku, karena bayiku akan menggantikanku."

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang