CHAPTER 140 (END)

374 25 10
                                    

"Tuan Robert ...."

Kayne berlari masuk ke dalam ruangan Roberto, ketika mendapati wajah panik suster Almira.

Dan benar saja, kedua mata Kayne melebar sempurna, ketika temukan Roberto yang tak bernyawa lagi, dengan busa putih yang memenuhi mulutnya, bersamaan dengan aroma kimia yang lekas tercium olehnya.

Suasana menjadi berubah, sebab nyawa Roberto sudah tak dapat di selamatkan lagi. Mereka sedikit terlambat untuk menemui pria malang itu. Dan siapa yang sudah tega melakukan hal ini? Kayne terdiam dengan pikirannya.

"Aku bahkan baru memeriksa kondisi tuan Roberto dua puluh menit yang lalu," ucap suster Almira terlihat bersedih dan shock.

"Keracunan, aku rasa pasien sengaja di racuni, dan racun yang di gunakan sama dengan yang di minum oleh tuan Robert sebelumnya," ucap sang Dokter yakini Kayne.

Kejadian tersebut baru saja terjadi, dan ia yakin sang pelaku masih berada di dalam rumah sakit ini, atau mungkin di ruangan ....

Kayne Ken berlari keluar dengan perasaan cemas dan ketakutan. Langsung bisa menebak jika Armorellah yang sudah melakukannya. Gadis itu sudah pernah melakukannya sekali.

"Sean, Sean." Kayne terus menggumamkan nama Sean sambil terus berlari menuju kamarnya.

BRAK!

Pintu ia tendang dengan keras, dan benar saja. Armorel terlihat di sana, berdiri di samping tempat tidur Sean dengan jarum suntuk yang sudah tercancap di selang infus pria itu.

"Menjauh darinya!"

"Bukankah kau yang seharusnya menjauh? Sean milikku!"

"Maka jangan sakiti dia, aku mohon. Jangan sakiti dia," balas Kayne masih besikap tenang di hadapan Armorel yang tenga memegang jarum suntik, dan sedikit saja ia mendorong ibu jarinya, maka cairan itu akan keluar dan memasuki tubuh Sean.

"Aku tak akan menyakitinya, justru aku akan membebaskannya dari rasa sakit."

"Apa maksudmu, Armorel?!"

"Jika Sean mati, maka ia tak akan kesakitan lagi, selain itu. Sudah tak ada lagi yang bisa memilikinya."

"Kau gila?!"

"Yah, mungkin kau benar! Tapi jangan coba-coba membuatku marah. Kau tahu Sean akan berakhir di mana!"

"Oh tidak ... kau ... apa yang kau lakukan padanya?"

Zein terlihat ketakutan ketika menyaksikan pemandangan di hapannya. Tak menyadari jika kehadirannya semakin membuat Armorel murka. Bahkan tatapan gadis itu seketika berubah, tajam menikam.

"Seharusnya kau tak disini! Aku membenci orang asing!" desis Armorel menatap Zein penuh kebencian.

"Kau ...."

"Tuan muda, keluarlah!" sela Kayne.

"Tapi, Ken ...."

"Jangan membuatnya marah. Kau tahu jika nyawa Sean di tangannya sekarang."

"T-api ...."

"Menurutlah!"

Zein memundurkan langkah, bersamaan dengan air mata yang menitik ketika menatap wajah Sean, juga jarum suntik yang sudah menancap di selang infusnya. Ia tak ingin, nasib kekasihnya berakhir seperti Roberto.

Pintu tertutup rapat, dan hanya Kayne yang tersisa di dalam. Berusaha membujuk Armorel yang sepertinya sudah kehilangan akal sehat.

"Sekarang katakan padaku. Apa yang kau inginkan?" tanya Kayne berusaha lebih tenang.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang