Chapter 110

91 8 2
                                    

Chapter 110 — Unexpected Twist
————————————————————

He Yan tetap di penjara selama dua hari.

Dalam dua hari itu, selain Shen Han yang berkunjung sekali, tidak ada orang lain yang datang. Bahkan ketika Shen Han berkunjung, dia tidak memberitahunya situasi di luar sehingga itu berarti belum terjadi apa-apa. Semakin begitu, semakin gelisah perasaan He Yan. Sayangnya, penjara di Penjaga Liangzhou sekuat batu sehingga sulit baginya untuk menemukan cara untuk melarikan diri. Song Taotao dan Cheng Lisu mungkin diawasi sehingga jejak mereka tidak terlihat akhir-akhir ini.

Makanan dan tidurnya buruk, tapi ini tidak terlalu sulit untuk ditanggung oleh He Yan. Dengan berlalunya waktu, yang paling menakutkan adalah krisis tak terlihat yang secara bertahap mendekat.

Sayangnya, belum ada yang memperhatikan.

Salju mulai turun di tengah malam.

Kepingan salju sebesar bulu angsa, terbang berkeping-keping. Bahkan pakaian katun tidak bisa menahan dingin yang menggigit ketika salju itu mendarat di tubuh orang. Kedua penjaga yang berdiri di podium menggosok tangan mereka dengan dingin dan bernapas ke arah telapak tangan mereka. Pada saat itu, awan kabut putih muncul di depan mereka dan dengan cepat menghilang.

Penjaga Liangzhou dikurung dalam diam. Pos jaga di musim dingin tidak semeriah di musim panas. Tidak ada rekrutan yang pergi ke Sungai Wulu untuk mandi di malam hari, juga tidak ada suara, kecuali suara dingin dari salju yang mencair di tanah.

"Aku akan ke jamban (toilet kuno)." Seorang penjaga menghentakkan kakinya, "Aku tidak tahan lagi."

Rekannya mendesak, "Cepat pergi dan kembali."

Pria itu meletakkan tongkat yang dimaksudkan untuk menabuh genderang, mengambil pisaunya, berbalik, dan pergi ke jamban. Salju sangat tebal sehingga lapisan salju tebal terbentuk di tanah dalam waktu singkat. Ketika menginjak tanah, bahkan sebelum mengangkat kaki, rasa dingin merayap dari kaki ke kepala. Penjaga itu menggigil kedinginan dan bergegas ke jamban di belakang.

Ada obor yang menyala di luar jamban. Beberapa hari yang lalu, seorang rekrutan bangun di tengah malam untuk pergi ke jamban tetapi tidak melihat jalan dengan jelas. Dia akhirnya terpeleset di tanah yang dingin dan kakinya terluka. Setelah itu, Shen Han meminta seseorang untuk meletakkan obor di sini untuk menerangi jalan.

Ada seseorang di dalam ketika penjaga masuk. Dia memandang orang itu dalam cahaya redup dan tersenyum, "Oh, kamu di sini juga?"

Yang lain tersenyum dan menjawab, "Aku baru saja datang."

"Itu terlalu dingin. Aku tidak akan ke sini jika aku bisa menahannya." Penjaga itu menggerutu.

Dia melepaskan air, menarik celananya, dan hendak keluar. Orang itu juga menyelesaikan urusannya dan mengikutinya — satu di depan dan satu di belakang.

Obor di luar pintu membuat bayangan di tanah yang tertutup salju — api bergoyang. Penjaga itu dengan santai melirik ke samping dan melihat bayangan di belakangnya telah membuka kedua tangannya. Dalam keterkejutan, dia hendak berteriak–

Sebuah tangan menutupi hidung dan mulutnya dan orang di belakang mengeluarkan pisau di pinggangnya. Orang itu dengan kejam menebaskan pisau ke leher penjaga.

Darah berceceran di tanah dan tubuh pemuda itu diam-diam jatuh. Tidak ada lagi nafas.

Tanpa ragu-ragu, bayangan hitam itu membungkuk untuk menyeret mayat penjaga itu pergi. Salju turun lebih berat dan menutupi jejak darah sebelumnya dalam waktu singkat. Setelah waktu sebatang dupa, penjaga itu keluar lagi.

[END] (BOOK 1) Legend of Female General / (translated by RahayuYogantari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang