039

230K 10.5K 471
                                    

⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

Malam ini adalah pertemuan perdanaku dengan anggota club majalah di Caffe Pench. Aku baru saja selesai mandi dan berbenah diri. Aku memakai jeans putih gading dan baju kaos biru muda yang ditutupi dengan jaket denim. Merasa tampilanku sudah rapi, aku mengambil laptopku dan mengisinya ke dalam ransel lalu menentengnya keluar rumah.

Ayah belum pulang, tapi aku telah mengirim pesan dan berpamitan padanya kalau akan bertemu dengan teman-teman satu club. Setelah mengunci pintu rumah, aku memakai headset sebelum berjalan menuju Caffe Pench. Jarak tempatnya tidak terlalu jauh, hanya 1 km dari rumahku. Aku sudah tahu tempatnya karena Dylan pernah membawaku ke sana.

Berjalan kaki adalah sesuatu yang lumrah di Amerika. Aku merasa nyaman karena tidak hanya ada aku saja, tetapi beberapa orang juga melakukan hal yang sama. Suasananya pun tidak mengkhawatirkan karena terdapat lampu yang menerangi langkahku. Situasi ini sangat berbeda dengan Jakarta, orang-orang di sana cenderung suka naik kendaraan pribadi.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, aku akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Aku membuka pintu lalu melepas headset-ku dan mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan hingga aku mendapati Kelly bersama yang lain sedang duduk di sisi paling barat restoran.

Sudah ada kurang lebih 10 orang yang hadir.

"Hai?" Sapaku tersenyum ramah. "Apa aku terlambat?"

Kegiatan diskusi mereka kontan berhenti disertai dengan kepala yang menoleh padaku.

"Hi Anna? Kau sudah sampai rupanya. Ayo sini, kita baru saja mulai." Kelly menyahut, ia lalu memberiku ruang di sisinya untuk duduk. Setelah bokongku mendarat di kursi, Kelly kembali berkata, "Guys, ini Anna, anggota baru di club kita."

Seseorang yang duduk di depanku langsung menjulurkan tangannya. "Call me Lily," ujarnya tersenyum.

Aku menyambut uluran tangan gadis berambut coklat itu dengan balas tersenyum. "Anna."

Setelah aku selesai berkenalan dan berjabatan dengan mereka semua, Kelly kemudian kembali membahas masalah program kerja di club.

"Anna, aku menempatkanmu di divisi mading. Bersama Lily, Cameron, Foy dan Bridget." Ujar Kelly padaku.

Aku mengangkat kedua alis, "Oh ya, jadi apa tugasku?"

"Setiap hari senin harus membenahi mading. Dan jangan lupa selalu memasukkan puisi dan cerpen untuk ditempelkan."

"Okay." Kataku menyetujui. Aku senang mendapatkan tugas itu, lagipula aku memiliki banyak koleksi puisi yang masih tersimpan di dalam buku diari. Aku malu memperlihatkannya pada orang lain secara langsung, tapi karena aku menulis dengan nama samaran di sekolah, maka aku tidak malu lagi untuk memperlihatkannya. Sebab tidak akan ada yang tahu kalau itu tulisanku.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang