019

235K 10.5K 113
                                    

First Mission

First Mission

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

"Anna, apa kau yakin, dengan keputusanmu ini?" Tanya Steven lagi, untuk yang ke sekian kalinya setelah kami keluar dari ruangan club majalah.

Saat ini kami berdua sedang berjalan di halaman. Lonceng telah berbunyi beberapa menit yang lalu, dan sekarang waktunya pulang sekolah.

"Ya, Stev. Aku tidak akan merubah pikiranku." Kataku dengan penuh keyakinan. "Lagipula kau tau sendiri, aku telah berbicara dengan Kelly dan ia memberikan aku 1 minggu kesempatan untuk melakukannya."

Steven menyampirkan tas ransel hitamnya ke bahu kiri. Menatapku sambil berjalan lalu berkata, "aku tahu, Jacob telah keterlaluan melanggar privasimu. Tapi Anna, aku takut dengan keputusan ini kau justru semakin terjebak di dalam lingkaran mereka."

Sebelum masuk ke ruangan club majalah, aku telah menjelaskan masalahku dengan Jacob kepada Steven. Karena ia kebingungan melihat sikapku yang tiba-tiba berubah. Kemudian saat aku membicarakan masalah itu, Steven terlihat kesal, sekaligus merasa bersalah, karena ia pikir Jacob menggangguku karena aku membelanya. Tapi aku mencoba memberikan pengertian pada Steven kalau semua ini tidak ada hubungannya dengannya. Hal ini murni karena Jacob memang brengsek dan ingin cari perkara denganku.

"Aku tahu Stev. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa membiarkan diriku ditindas oleh mereka dan tidak melakukan apa-apa." Ucapku menatap Steven yang berjalan di sisi kananku. "Lagipula, tanpa masuk ke club majalah, aku sudah masuk ke lingkaran mereka secara tidak langsung. Karena aku tidak bisa menghindari statusku sebagai anak Jones Mille, musuh mereka. Maksudku, apapun yang aku lakukan, aku akan tetap berurusan dengan Griffin. Aku rasa ini takdirku, Stev."

Raut wajah Steven berubah. Ia tampak prihatin menatapku. "Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan."

"You don't have to do anything. Just support me, please..." Aku memohon, memandang manik mata Steven dari balik kacamatanya.

Steven menatapku dalam beberapa detik. Namun setelah itu ia tersenyum. "Okay. I'll support you."

Seketika senyumku merekah. Aku bersyukur dipertemukan dengan Steven dari sekian banyaknya manusia di Chicago. Dia sangat baik dan pengertian.

"Thank you." ujarku sungguh-sungguh. "Jadi, apa kau siap dengan misi pertama?"

Steven mengangkat satu alisnya, "misi pertama?"

"Aku sudah menyusun sebuah rencana. "

Pria itu menatapku dengan raut wajah tak yakin. "What is it?"

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang