065

211K 9.3K 356
                                    

⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

"Oh thank God! This is Friday!" Suara seseorang tertangkap indera pendengaranku, berseru bahagia tepat setelah kakiku melangkah keluar dari kelas di jam terakhir.

Setelah beberapa bulan bersekolah di Chicago, aku akhirnya mengerti beberapa hal. Salah satunya tentang hari Jumat, yang selalu menjadi hari paling membahagiakan bagi para siswa di Amerika. Karena besok, dan besoknya adalah weekend dimana waktu untuk liburan.

Saat kakiku berjalan di koridor, mataku meneliti beberapa siswa yang sedang sibuk mendekorasi aula. Oh ya, malam ini ada pesta dansa yang akan di selenggarakan di sekolah. Pesta dansa adalah event rutin yang selalu diadakan setiap tahun sekali di awal bulan November. Aku tidak sabar menantinya, tidak masalah kalau aku tidak memiliki pasangan, lagipula itu bukan syarat yang wajib untuk dilakukan.

Aku melangkah menjelajahi lorong sekolah untuk mencari keberadaan Steven, aku ingin bertanya tentang kesiapannya menyambut pesta dansa malam nanti.

"Nick, apa kau melihat Steven?" Aku mencegat salah satu siswa yang sedang berjalan di koridor, aku tahu dia teman Steven di club robotik.

"Tadi aku melihatnya di depan gedung bersama seseorang."

"Okay thanks." Ujarku dan langsung berjalan keluar gedung.

Ketika sampai di depan gedung, mataku menelusuri tiap sisi halaman. Beberapa detik kemudian, mataku berhasil menangkapnya. Steven berada jauh di seberang jalan, sedang berbicara dengan seorang pria. Mataku menyipit untuk lebih memerhatikan interaksi mereka, tapi entah perasaanku saja atau memang lawan bicara Steven itu terlihat kesal. Aku berjalan untuk lebih memastikan pandanganku. Steven mendorong tubuh pria itu dengan kedua tangan, lalu pria memakai baju merah itu balas memukul Steven sampai akhirnya Steven tumbang di atas tanah.

"Steven!!" Aku berteriak dan berlari menghampiri mereka. Tapi belum sempat aku sampai di sana, pria berbaju merah itu sudah lebih dulu naik ke atas mobil dan pergi.

"What a crap!" Umpat Steven kesal sambil memegang pipinya yang memerah.

"Hei, ada apa? Are you okay?" Tanyaku sembari membantunya untuk berdiri.

Steven berusaha mengendalikan napasnya kemudian mengangguk pelan. "I'm okay."

"Siapa pria itu?" Tanyaku dengan alis mengerut.

"Tidak. Bukan siapa-siapa." Jawabnya tanpa menatap mataku. Entah hanya perasaanku saja atau Steven memang sedang tidak ingin membahas pria itu.

"Stev, jika kau memiliki masalah, kau bisa menceritkannya padaku." Kataku memegang pundaknya dengan satu tangan.

Steven menatapku, berusaha tersenyum. "Tidak Anna. Ini bukan masalah besar."

"Tap-"

"Hei, bukankah itu Ayahmu?" Ucap Steven memutuskan ucapanku dan mengalihkan perhatianku.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang