068

218K 10.7K 770
                                    

Play the mulmed👆: The story never ends - Lauv

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Play the mulmed👆: The story never ends - Lauv

⬇⬇⬇

Leo. Lihatlah dia sekarang, berdiri di depan pintu rumahku dengan tampilan berantakan. Aku tidak perlu menatap dua kali untuk menyadari kalau sekarang ia tengah mabuk, matanya merah dan kameja hitam yang ia gunakan di dalam jasnya telah terbuka kancingnya. Tidak hanya sampai di situ, wajahnya juga babak belur, biru dan berdarah segar di beberapa bagian. Dia pasti berkelahi lagi, atau mungkin dia baru saja selesai memukul seseorang sebelum datang ke sini. Tidak heran, dia memang selalu suka mencari keributan, aku bahkan lupa kapan ia tidak memiliki bekas luka di wajahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini Leo?" Tanyaku, berdiri di sela-sela pintu. Aku melipat tangan di depan dada, berusaha untuk melawan adrenalin yang memicu kekesalanku. Ingatkan aku untuk tidak berkelahi dengannya kalau saja nanti dia membuatku marah. Ini sudah jam 12 malam.

"Aku menanyakan hal yang sama pada diriku sendiri." Jawabnya, dengan tubuh setengah miring. Aku tidak tahu seberapa banyak yang dia minum sehingga membuatnya terhuyung-huyung. "Apa yang aku lakukan di sini?"

"Kau mabuk. Sepertinya kau salah masuk rumah. Rumahmu ada di samping. Silahkan pergi."

"Tidak. Aku tidak mabuk. Maksudku... Aku memang mabuk, tapi aku tau ini rumahmu." Jawabnya menatapku dengan mata abu-abu menyala itu. Dia terlihat hampir menakutkan di bawah cahaya remang-remang dari lampu di dapurku.

Aku diam tak menjawab, menunggunya mengeluarkan kalimat lain dengan mengangkat satu alis.

"Okay! Aku memang sengaja datang ke rumahmu karena aku tahu kau belum tidur. Aku melihat lampu kamarmu masih menyala." Jawabnya akhirnya.

Aku menarik napas pelan. Berusaha sabar.

"Okay. Jadi, kembali ke pertanyaan awal, apa yang kau lalukan di rumahku?"

"Aku... Aku tidak tau."

"Leo-"

"Aku terluka." Potongnya cepat dengan suara rapuh. Aku langsung membuang muka, tidak sanggup melihatnya dalam keadaan seperti itu.

Untuk sesaat aku terdiam. Aku tau dia terluka, aku tahu wajahnya berdarah, dan aku tahu ia membutuhkan seseorang untuk mengobatinya saat ini. Hanya saja, orang itu bukan aku. Aku tidak bisa, aku tidak boleh membiarkan diriku lengah pada luka Leo, aku harus menjadi wanita paling tega agar sanggup melihatnya menderita. Dia telah menyakitiku berkali-kali, dan aku tidak akan melupakan semua itu. Tidak, sebelum dia meminta maaf lebih dulu.

"Kau terluka. Lalu apa urusannya denganku? Salahmu sendiri tidak bisa menahan amarah." Sahutku berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tidak peduli. Aku harus seperti ini agar Leo tidak merendahkan harga diriku. Aku tidak akan lengah.

Leo menatapku cukup lama. Matanya yang merah, menyala-nyala ke arahku dan emosi dibalik itu sangat kuat. Kalau saja aku tau apa jenis emosi itu, tapi aku tidak tahu. Membaca ekspresinya adalah kelemahanku. Dia memiliki banyak karakter di dalam dirinya dan aku tidak bisa menerjamahkan semuanya.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang