047

220K 10.2K 676
                                    

⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Baru kemarin aku bertemu dengan hari senin dan sekarang aku harus berhadapan dengannya lagi.

Layaknya pendapat orang pada umumnya, aku juga tidak begitu menyukai hari senin, terlebih lagi dengan apa yang baru aku hadapi hari minggu kemarin. Namun sekarang aku berusaha menikmati hari ini, karena perasaanku sudah jauh lebih baik, Ayah tidak marah padaku, dan itu sudah lebih dari cukup.

Aku baru saja mau masuk ke gedung sekolah saat Steven muncul di sampingku. Ia baru selesai memarkirkan sepedanya di parkiran.

"Hai? Bagaimana perasaanmu?" Tanya Steven sembari memegang tali ranselnya.

Aku tidak bisa menyembunyikan banyak rahasia pada Steven. Aku telah menceritakan masalahku padanya tadi malam, tentang aku yang pergi berburu dengan Leo lalu Ayah yang mendapati kami berdua. Pernyataanku menimbulkan banyak pertanyaan dari Steven, bagaimana aku dan Leo bisa dekat dan mengapa aku mau mengikuti ajakannya. Aku menjawab, bahwa aku dan Leo hanya berusaha membangun hubungan pertemanan, sebab aku tidak mau bermusuhan dengan siapapun, walaupun pada kenyataannya hubungan itu tidak berjalan dengan baik. Aku melewati tentang ciuman yang aku dan Leo lakukan, aku rasa itu privasi dan Steven tidak perlu mengetahuinya.

"Jauh lebih baik." Ujarku menjawab pertanyaan Steven. Kami berdua berjalan di koridor, yang juga dilewati oleh para siswa yang lain.

"Bagus. Kau tidak perlu memikirkannya lagi. Hari terus berganti dan kau tidak boleh berada di suasana hati yang sama."

"Terimakasih Stev." Aku tersenyum menoleh sebelah kanan menatapnya, "Aku menyesal baru menceritakanmu kemarin. Sebenarnya aku sudah ingin mengatakan tentang aku dan Leo, tapi aku tidak mendapatkan waktu yang tepat."

Steven menepuk pelan bahu kananku. "Itu bukan masalah besar, Anna. Aku mengerti perasaanmu. Kau terlalu baik, dan menerima siapa saja untuk dijadikan teman, bahkan Leo."

Teman. Aku dan Leo berusaha membangun hubungan pertemanan. Itu yang aku katakan pada Steven, tapi entah mengapa sisi lain di dalam diriku berkata bahwa itu omong kosong. Jelas hubunganku dan Leo lebih dari pertemanan, tapi aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya kami lakukan. Semua terjadi begitu saja bahkan tanpa bisa aku cegah. Aku tidak tahu tentang Leo, apa yang dia rasakan padaku, aku hanya tahu satu hal, bahwa ia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Apa mungkin dia hanya menjadikan aku seperti Krystal? Friends with Benefits? Kenyataan itu menamparku. Aku tidak mau menjadi seperti Krystal! Aku tidak mau menjadi mainannya!

Seolah terkoneksi dengan apa yang sedang aku pikirkan sekarang, sosok Leo muncul di depanku dan Steven, ia berbicara bersama anggotan Griffin dengan jarak 7 meter dari kami. Mataku menangkap luka lebam di pipi dan sudut matanya.

"Oh no... No... No... " Aku berkata dengan kepala menggeleng-geleng. Aku tidak seharusnya berhadapan dengan Leo lagi.

Steven berusaha mengatakan sesuatu di sampingku, tapi aku mengabaikan suaranya dan dengan gerakan cepat memutar balik arah, mengambil jalan yang berlawanan dengan Leo.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang