BAB MASIH LENGKAP
Dark Young Adult (18+)
Setelah Ibunya memutuskan untuk menikah lagi bersama pria lain yang memiliki dua anak remaja. Naomi memutuskan untuk pindah ke Chicago dan tinggal bersama Ayahnya. Karena Naomi tidak suka hidup bersama saudar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⬇⬇⬇
Hari kedua masuk sekolah. Aku baru saja menyelesaikan kelas pertamaku, Sejarah. Sembari meletakkan buku ke dalam loker, mataku menelusuri koridor mencari keberadaan Steven dari banyaknya siswa-siswi yang berkeliaran. Aku dan Steven berada di kelas yang berbeda kali ini, makanya aku belum bertemu dengannya sejak pagi tadi. Kemarin aku juga lupa meminta nomor telponnya sehingga aku tidak tahu dia berada dimana sekarang, atau mungkin kelasnya belum selesai.
Aku memutuskan untuk berjalan sendiri menuju kafetaria, namun mengingat kemarin aku sempat bertemu geng Griffin di sana, aku langsung menghentikan langkahku dan berbelok ke lapangan football, salah satu olahraga terpopuler di Amerika.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
American Football sendiri memiliki perbedaan dengan olahraga sepak bola yang seperti kebanyakan orang ketahui. Untuk Sepak Bola, orang Amerika sering menyebutnya Soccer. Antara Football dan Soccer cara bermainnya pun cukup bereda. Jika cara bermain Soccer adalah ditendang, maka cara bermain football adalah membawa bola berbentuk oval berwarna coklat gelap yang dipegang pada tangan.
Dulu aku sering melihat olahraga ini di film barat yang aku nonton, dan sekarang aku melihatnya secara langsung di tepi lapangan.
Aku terus melangkah, berniat menuju ke tempat duduk penonton yang berada di sisi lapangan. Walaupun di sana ada beberapa orang yang duduk, tapi setidaknya tidak sebanyak di taman, atau kafetaria. Sehingga aku menganggap kalau tempat itu cocok untuk menghabiskan waktu istirahat. Aku belum memiliki teman selain Steven, jadi sebisa mungkin aku menghindari tempat ramai. Aku tidak suka dikelilingi banyak orang jika aku hanya sendiri.
Namun belum sempat aku sampai di tribun penonton, seorang atlit football dengan nomor punggung 23, berjalan ke tepi lapangan. Perasaanku mulai gelisah, entah mengapa cara berjalannya yang angkuh mengingatkanku pada seseorang. Aku tidak bisa mengenali wajahnya dengan pasti karena kepalanya masih tertutupi helm. Tapi aku berdoa semoga ini hanya perasaanku saja kalau dia sedang datang menghampiriku.