096

178K 9.1K 1.7K
                                    

⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

Setelah mengayun sepeda kurang lebih sejauh 3 kilometer, aku akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Aku memeriksa kembali alamat yang terpampang jelas di layar ponsel. Benar, lokasi, alamat dan nomor apartemennya telah sesuai dengan yang diberikan Caroline.

Hembusan napas meluncur dari hidungku sebelum punggung tangan kananku terangkat menyentuh papan pintu itu. Aku mengetuk sebanyak 3 kali, sampai akhirnya wanita pirang dengan potongan rambut pendek muncul membuka pintu.

"Naomi?" Sapanya dengan mata biru yang hampir terbuka lebar.

"Hai?" Seketika bibirku membentuk senyum canggung, begitu wanita itu mulai menatapku.

"Masuklah." Tawarnya membuka pintu lebih lebar.

Aku mengangguk pelan dan mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam. Bau segar bunga alami yang terkurung di dalam apartemennya langsung tertangkap indra penciumanku. Dan dia membawaku duduk di salah satu sofa yang berdekatan dengan pintu balkon.

"Kau ingin minum apa?" Tanyanya, tapi aku menggeleng.

"Tidak perlu. Aku tidak akan lama. Aku hanya ingin mengetahui kondisi Ayahku." Kataku mulai berbicara, "Apa dia baik-baik saja?"

Kesan pertama yang aku lihat dari Caroline adalah dia cukup ramah. Tulang wajahnya tidak begitu tegas dan bibir tipisnya seolah membentuk lengkungan ke atas. Usianya mungkin lebih muda dari Ibuku.

"Secara fisik Ayahmu baik-baik saja. Dia masih tertidur karena mabuk semalaman. Tapi selain itu, aku rasa dia tidak baik-baik saja. Dia selalu membicarakanmu dan mengatakan merindukanmu."

Aku mengepal tangan kuat, perasaan bersalah menyerang relung hatiku. Apa yang telah aku lakukan?

"Beberapa hari ini aku ingin berbicara denganya. Tapi dia jarang di rumah dan lebih sering bekerja."

"Tidak. Sif Ayahmu masih sama seperti dulu. Dia jarang di rumah karena dia datang ke apartemenku."

Aku mengangguk. Ternyata Ayah menghabiskan waktunya dengan Caroline. Walaupun cukup terkejut dengan ucapannya, aku berusaha untuk tidak bereaksi berlebihan. Sepertinya dugaanku benar, kalau wanita yang sedang berbicara denganku saat ini memiliki hubungan khusus dengan Ayah.

"Aku tidak tau jika Ayahku menghabiskan waktunya bersamamu. Ayah tidak pernah membicarakan tentang pacarnya."

Wanita pirang itu tersenyum kecil, "Ya, dia memang belum mengenalkanku padamu. Jones sedang mencari waktu yang tepat karena takut menyakiti perasaanmu. Dia takut kau belum siap."

Aku menggeleng, "Tidak. Aku tidak masalah jika Ayah memiliki kekasih, maksudku, aku sudah dewasa dan aku tahu jika Ayah memerlukan pengganti Ibu dalam hidupnya. Dan aku beruntung Ayahku memilihmu. Aku sempat berpikir dia tidak memiliki siapa-siapa lagi selain aku. Apalagi aku baru saja mengecewakannya."

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang