⬇⬇⬇
Ternyata benar yang dikatakan orang-orang bahwa Thunder bukanlah orang biasa. Dari arahku berdiri, aku bisa merasakan aura mematikan melalui tatapan mata yang ia pancarkan-- begitu kelam dan tajam. Jaket merah yang ia kenakan menambah kesan menyeramkan dari tubuh kekarnya. Aku sudah dua kali berhadapan dengan pria itu, dan aku masih sama terkejutnya dengan yang pertama.
Napasku tercekat di tenggorokan diikuti dengan tanganku yang mengepal keras ketika pria itu bergerak satu langkah mendekatiku yang masih terpaku di depan meja kasir.
"Kenapa kau menatapku seolah aku adalah hewan buas yang akan menerkammu?" Tanyanya, dengan suara berat dan serak. Ia berdiri di depanku dengan tangan terlipat di depan dada.
Aku bernapas pelan, berusaha mengendalikan napas putus-putusku, "Aku... Hm, apa yang kau lakukan di sini?"
Sudut bibirnya terangkat, "Apa kau menanyakan pertanyaan itu pada semua orang yang datang ke sini?"
Aku terdiam. Merasa bodoh karena mengajukan pertanyaan salah.
"Kue apa yang ingin kau beli?" Ujarku mengoreksi pertanyaan sebelumnya.
Thunder mulai berjalan bolak-balik di depan etalase kaca, tangan kanannya menyentuh dagunya ketika ia sedang melihat berbagai macam cake dan roti yang tersedia.
Setelah beberapa detik memerhatikan kue yang ada di dalam etalase, aku pikir dia akan memesan, tapi sebaliknya ia justru berkata.
"Oh ya, aku sebenarnya tidak ingin membeli." Ucapnya menatapku dengan tersenyum tipis, ia berusaha bersikap santai. Tapi aku masih tidak bisa bersikap biasa saja di depannya. Setengah diriku masih merasa takut, walaupun aku tidak tahu apa sebenarnya yang bisa ia lakukan padaku.
"Oke. Jadi apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku berlagak berani. "Jika tidak ada yang ingin kau lakukan, silahkan pergi."
Ia spontan tertawa, membuat buluk kudukku merinding. Tawanya justru terdengar lebih menyeramkan.
"Wow, kau terlihat tidak menyukaiku." Katanya.
"Aku tidak memiliki alasan untuk menyukaimu, Thunder."
"Setidaknya berlaku sopanlah pada pelangganmu, Naomi."
"Sayangnya kau bukan pelanggan. Kau sendiri yang bilang tidak ingin membeli." Kataku dengan datar. "Dan tolong, berhenti memanggilku dengan nama itu. Kau bisa memanggilku Anna."
"Kenapa jika aku memanggilmu Naomi?"
"Nama itu hanya untuk orang-orang terdekat, dan kau tidak termasuk di dalamnya. Kau hanya sebatas orang asing."
"Wow." Matanya terbuka lebar, lalu kemudian ia kembali mengukir senyum. Senyuman yang cukup licik. "Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku salah satu orang terdekatmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SWITCHOVER (Book I)
RomanceBAB MASIH LENGKAP Dark Young Adult (18+) Setelah Ibunya memutuskan untuk menikah lagi bersama pria lain yang memiliki dua anak remaja. Naomi memutuskan untuk pindah ke Chicago dan tinggal bersama Ayahnya. Karena Naomi tidak suka hidup bersama saudar...