002

395K 15.3K 496
                                    

Sunday Morning in Chicago

Sunday Morning in Chicago

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

Aku bangun pada pukul 9 pagi. Perbedaan waktu yang signifikan antara Jakarta dan Chicago membuat jadwal tidurku sedikit berantakan. Karena biasanya aku tidak pernah bangun di atas jam 7 ketika di Indonesia walaupun itu hari minggu sekalipun.

Mungkin ini hanya awal dari hidup baru yang akan aku jalani kedepannya selama tinggal di negara ini. Sekarang aku berada di negara yang memiliki budaya jauh berbeda dengan tempat asalku, Aku hanya berharap hidupku tidak berubah dan tetap menjadi Naomi yang biasa-biasa saja. Bukannya aku tidak menyukai perubahan, aku hanya tidak ingin mengambil resiko dengan mengubah pola hidup.

Begitu aku beranjak dari tempat tidur--berniat menuju toilet untuk bersih-bersih, tiba-tiba saja fokusku teralihkan pada jendela dengan tirai berwarna cream yang menutupinya, berada tepat di samping tempat tidurku.

Sial! Setiap kali melihat jendala itu, aku jadi mengingat kelakuan menjijikkan tetanggaku tadi malam. Bayangan bagaimana tubuh mereka saling memuaskan memenuhi pikiranku membuat tanganku terangkat untuk memukul kepala. Sungguh! Itu first impression yang sangat tidak terduga untuk kepindahanku di negara ini.

Aku mencoba mengabaikan hal itu, dengan langkah gontai aku menuju toilet dan segera merapikan diri. Hanya butuh 30 menit bagiku untuk keluar dari kamar mandi. Setelah mengikat rambut dan melihat diriku dari pantulan kaca, aku merasa lebih baik. Kemudian tanpa membuang waktu, aku langsung bergegas ke lantai bawah menemui Ayah. Ini hari pertama kami tinggal bersama, dan aku penasaran apa yang dia lakukan di hari minggu.

Langkahku berhenti di pintu saat aku melihat Ayah berada di teras depan rumah.

"Morning Dad." Sapaku sebelum terbelalak. "Oh my God! Daddy?! Is that Boody?"

Aku memekik sambil berlari dari pintu dengan mata berbinar, lalu tanpa ancang-ancang memeluk Anjing yang sedang Ayah pegang.

"Oh, God! Aku tidak tahu kalau Boody masih bersamamu, Dad." Tanganku membelai bulu halus panjang berwarna hitam dan putih milik Boody, dan sesekali menempatkan kepalaku di badannya. Aku sangat merindukan hewan peliharaan ini.

Saat Boody masih berumur 1 tahun, aku menghabiskan waktu bermainku bersamanya. Saat itu aku gadis berusia 9 tahun, sebagai anak berwajah oriental aku tidak memiliki teman di lingkungan rumah ayahku dulu.

Setiap kali aku meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah dasar, Boody selalu menggonggong dan mengikuti langkahku dari belakang. Anjing ras Alaskan Malamute ini sangat setia, bahkan ketika aku balik ke Indonesia, kata Ayah dia selalu mencariku dan menghabiskan waktu di kamarku sepanjang waktu untuk menungguku pulang.

Salah satu penyesalanku adalah tidak membawanya ke Indonesia. Sebenarnya bukan karena aku tidak ingin membawanya, hanya saja Boody jenis anjing musim dingin, dia tidak akan cocok dengan Jakarta yang bersuhu tinggi.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang