⬇⬇⬇
Aku merasakan cahaya hangat matahari menerpa mataku yang masih tertutup. Cukup menganggu karena silaunya memaksaku untuk terbangun dari tidur pulas. Aku membuka kelopak mataku pelan-pelan sembari menguap, namun hal itu membuat nyeri di belakang kepalaku langsung terasa karena menarik napas panjang. Dengan keadaan setengah pulih, aku mencoba mengingat kejadian tadi malam. Setelah sadar, aku langsung tercengang dan terduduk di atas kasur.
Ya Tuhaaan! Apa yang terjadi? Dimana aku? Hal terakhir yang aku ingat adalah aku jatuh di atas tanah.
Mataku berputar-putar, menyapu setiap inci kamar. Jelas, ini bukan kamarku. Kamar ini penuh dengan warna coklat, dan terdapat rak-rak kayu yang terisi banyak buku. Di sudut ruangan depan kasur ada meja belajar, dan di sampingnya ada lemari pakaian yang pintunya terdapat poster tengkorak dan gambar singa berkepala rajawali...
Wait...
What?
Oh Gosh! Itu logo Griffin.
Aku berdiri dengan panik. Mengecek tubuhku. Aman. Bajuku masih melekat sempurna di badanku, hanya lenganku sedikit memar akibat serangan para penonton football tadi malam.
Pintu terbuka. Napasku tercekat dengan mata melebar, hingga di detik berikutnya seorang pria muncul dari arah sana.
"Eh hai? Kau sudah bangun?" Tanyanya menatapku yang berdiri linglung di samping kasur.
"Dylan? Ap... Apa yang terjadi?" Tanyaku menuntut penjelasan.
Aku sedikit lega mendapati Dylan yang memiliki kamar ini. Jujur saja aku sempat berpikir bahwa kamar ini milik Leo, bukan berarti aku ingin dia membawaku ke kamarnya, hanya saja kadang semesta suka lucu, selalu mempertemukan aku dengannya walaupun aku bersusah payah menghindar darinya. Tapi ternyata kali ini tidak.
"Oh ya, maaf. Aku membawamu ke rumahku. Semalam kau pinsan karena desakan para penonton, sepertinya kepalamu ditendang." Jawab Dylan. Tampaknya ia terlibat dalam perkelahian juga tadi malam, dapat aku lihat wajahnya memiliki beberapa memar dan sobekan di ujung bibir sebelah kanannya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sedikit canggung, ia menggaruk belakang kepalanya. Jelas ini canggung, aku baru saja bangun di dalam kamarnya, kamar seorang pria. Aku tahu ia tidak bermaksud apa-apa selain menolongku.
"Ya. Aku baik-baik saja. Terimakasih telah menolongku." Jawabku tersenyum, berusaha mencairkan suasana di antara kami.
"Hm, apa kau mau turun ke bawah? Ibuku baru saja membuat sarapan."
"Aku... Hm, ibumu tau aku ada di sini?"
Dia terkekeh pelan, "Tentu saja. Dia juga yang mengobati luka di hidungmu tadi malam saat kau tidak sadarkan diri."
"Mengobatiku?"
"Oh ya, Ibuku seorang perawat."
Aku mengangguk mengerti, baru saja aku mau menjawab ucapannya, ponsel di atas meja belajar Dylan lebih dulu berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWITCHOVER (Book I)
RomanceBAB MASIH LENGKAP Dark Young Adult (18+) Setelah Ibunya memutuskan untuk menikah lagi bersama pria lain yang memiliki dua anak remaja. Naomi memutuskan untuk pindah ke Chicago dan tinggal bersama Ayahnya. Karena Naomi tidak suka hidup bersama saudar...