060

217K 10.1K 840
                                    

⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

Aku tidak seharusnya seperti ini. Tidak sepantasnya aku meratapi perlakuan brengsek Leo. Aku yang salah, aku terlalu lengah dan membiarkan diriku jatuh padanya. Seharusnya dari awal aku berhati-hati dan mengantisipasi kalau dia memang seperti itu, suka menarik-ulur hati seseorang, dia menjebaku untuk masuk ke dalam perangkapnya. Lalu ketika aku mulai mempercayainya, dia berubah, menghancurkanku dan membuang semua harapan-harapan yang aku impikan darinya.

Tapi apa memang aku salah? Dari awal aku sudah melawannya sekuat tenaga, aku mencoba mendorongnya pergi, memintanya untuk menjauh dari hidupku dan menutupi dalam-dalam perasaanku, tapi dia datang padaku, Leo yang datang lebih dulu. Dia memaksaku untuk berada di sampingnya di saat aku ingin menjauh, dia yang menarikku saat di pesta Dylan dan membawaku ke dalam kamarnya. Aku tidak tahu apa yang sudah kami lakukan malam itu, dan aku berpikir bahwa sikapnya telah berubah sejak saat itu, bahwa sarapan yang dia hidangkan padaku adalah bentuk rasa sayang yang ia berikan.

Bodoh! Dia tidak pernah menyayangiku. Aku terlalu naif. Seharusnya aku tahu bahwa itu hanya jebakan, perangkap untuk membuatku luluh.

Sialan! Berhenti menangis Anna. Kau tidak boleh menangisi pria bejat sepertinya!

Entah sudah berapa kali aku memukul kepalaku sendiri saat air mataku terus keluar. Aku tidak suka cengeng, tapi air mataku memang mudah keluar. Ini adalah kebiasaan buruk yang paling kubenci pada diriku. Aku terlalu perasa.

"Hello sugar?" Suara Ayah muncul di ponsel, aku baru sadar kalau tadi sempat menekan tombol nama Ayah di ponsel. Aku merindukannya.

Aku mengerjap beberapa kali, menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Aku berdeham untuk menghilangkan suara parauku, agar Ayah tidak curiga kalau aku sedang menangis.

"Hi Dad?" Sapaku berusaha tersenyum. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja sugar. Bagaimana dengan sekolahmu? Apa ada hal baru yang ingin kau ceritakan?"

Aku menggeleng walaupun aku tahu Ayah tidak bisa melihatku. "Tidak Dad. Aku menelpon untuk mengatakan bahwa aku merindukanmu. Kapan kau akan pulang?"

"4 hari lagi aku akan ada di rumah. Tenang saja, aku sudah menyiapkanmu hadiah."

Aku tertawa kecil, mendengar suara Ayah membuatku merasa lebih tenang.

"Aku tidak sabar ingin melihatnya." Kataku, "Oh ya Dad, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa itu sugar?"

"Hmm... Aku ingin tidur di rumah aunty Maria untuk beberapa hari ke depan sebelum Ayah pulang."

"Oh ya? Apa yang membuatmu berubah pikiran?" Tanya Ayah cukup terkejut karena dari awal aku memang bersikeras untuk tinggal sendiri di rumah. Tapi sekarang tidak lagi, aku tidak tahan melihat ke arah rumah Leo setiap hari, itu hanya membuatku semakin sakit hati membayangkan apa yang sudah kami lakukan kemarin dan apa yang sudah dia lakukan hari ini.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang