033

236K 11.4K 1.2K
                                    

Electric Shock

Lyin' isn't better than silenceFloatin', but I feel like I'm dyin'Still, no matter where I goAt the end of every roadYou were good to meYou were good to me, yeahI know it's easier to runAfter everything I've doneYou were good to meYou were good to me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lyin' isn't better than silence
Floatin', but I feel like I'm dyin'
Still, no matter where I go
At the end of every road
You were good to me
You were good to me, yeah
I know it's easier to run
After everything I've done
You were good to me
You were good to me

Listen to the song👆: "You were good to me "

⬇⬇⬇

Pernakah kau melakukan sesuatu tapi kau tidak tahu mengapa kau melakukannya?

Pernakah kau membenci seseorang tapi disaat yang bersamaan menolongnya?

Atau, pernakah kau tidak tahan dengan perlakuan seseorang tapi memilih bertahan di sampingnya?

Jika jawabanya IYA. Berarti aku tidak sendirian.

Sungguh, aku tidak tahu mengapa walaupun matahari sudah tenggelam, hari mulai gelap, aku masih bertahan di rumah Leo. Duduk di sofanya sembari menonton pria itu terbaring di atas sofa. Jika mengingat-ingat perilaku kasarnya padaku, sebenarnnya aku bisa saja pergi dari sini dan membiarkan Leo melakukan semuanya sendiri. Tapi entah mengapa aku tidak bisa. Melihat ia sendiri di rumah dalam keadaan terluka mengusiku dengan alasan yang tidak bisa aku jelaskan. Aku membenci perasaan iba ini. Mungkin lain kali aku harus menjadi orang yang bersikap tidak peduli.

"Apakah kau tidak memiliki kerjaan lain yang harus dikerjakan selain merawatku seperti bayi?" Tanya Leo setelah hening beberapa menit.

Pandanganku yang mengawang langsung terfokus pada wajah datar Leo. Ia berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel yang ia pegang.

"Sayangnya aku memang tidak memiliki pekerjaan lain." Kataku datar dengan tangan yang terlipat di depan dada.

Di rumah sangat sepi. Ayah tidak akan pulang hingga tengah malam karena pekerjaannya belum selesai. Dan semua buku yang aku pinjam dari perpustakaan sudah selesai aku baca. Jika aku berada di rumah saat ini mungkin kegiatan yang akan aku lakukan adalah tiduran di atas kasur sembari menonton video lucu di youtube. Ya, hidupku memang semembosankan itu.

"Oh, jadi kau bertahan di rumahku untuk melampiaskan rasa bosanmu?" Kata Leo, kali ini ia menatapku. Sudut bibirnya terangkat. Senyumnya itu sungguh menyebalkan. Itu membuat reaksi pada dadaku seolah mengantarkan sinyal pada otaku untuk memuji wajahnya yang sialan tampan.

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Hingga suara Leo kembali terdengar. "Mau aku tunjukan padamu, cara melampiaskan rasa bosan?"

Detik itu juga aku menggeleng. "Tidak! Terimakasih. Aku cukup tahu bagaimana definisi menghilangkan rasa bosan yang kau maksud."

Leo terkekeh lagi, mood-nya beberapa jam belakangan ini sudah membaik. Aku sungguh-sangat bersyukur ia tidak membentakku.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanyaku. Aku tidak pernah bertanya hal apapun pada Leo, tapi karena aku pikir suasana hatinya sedang baik, maka tidak ada salahnya aku mencoba.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang