SWITCHOVER (Book I)

072

Play the mulmed👆: You make me smile - Fifth Harmony

⬇⬇⬇

Sejak hari dimana Leo memintaku untuk menjadi miliknya, aku menjadi lebih banyak tersenyum. Kami menghabiskan akhir pekan bersama minggu ini, dan melewati hari yang menyenangkan. Aku tidak pernah merasa sehidup itu sejak pertama kali aku pindah ke Chicago. Yah, walaupun kebiasaannya memanjat jendela kamarku belum hilang, setidaknya Ayah tidak tahu tentang itu.

"Thank you Dad." Kataku pada Ayah ketika mobilnya berhenti di depan bangunan sekolah. Aku tidak percaya kalau sekarang sudah hari senin lagi.

Ayah mencium pipiku sekilas sebelum aku turun dari mobil. "Semoga harimu menyenangkan, sugar."

"Kau juga, Dad. Bye." Jawabku dan melambaikan tangan menyertai kepergian Ayah. Setelah mobilnya tak lagi terlihat di mataku, aku memutar badan dan berjalan masuk ke dalam gedung.

Koridor di hari senin selalu tampak ramai, banyak siswa yang berlalu lalang, ada yang menenteng ransel, membawa buku, bahkan ada yang membawa bola basket.

Ketika aku sedang asik berjalan, tanpa sadar pandanganku tertuju pada para siswa yang memakai Jaket hitam, mereka adalah beberapa gerombolan Geng Griffin yang sedang berdiri di dinding koridor. Mereka bukan anggota Griffin yang biasa aku lihat bersama Leo, seperti Ben dan yang lainnya, tapi entah mengapa aku merasa pandangan mereka tertuju padaku dari aku masuk ke bangunan sampai aku berjalan melewati mereka, itu membuatku canggung karena merasa diperhatikan.

Wait... Mengapa mereka memerhatikanku?

Belum sempat aku mencerna pikiranku, seseorang tiba-tiba saja menarik tanganku dari samping. Aku tersentak secara spontan, tetapi orang itu langsung membungkam mulutku dengan tangannya membuatku tidak bisa bersuara. Mataku membelalak dan dalam hitungan detik orang itu membawaku ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam.

Begitu aku melihat wajahnya, detik itu juga aku mengumpat di dalam hati. Sial!

"Selamat pagi, baby." Katanya tersenyum setelah melepas tangannya dari mulutku.

Aku langsung memukul dadanya. "Ya Tuhan, Leo! Kau mengejutkanku! Apa yang kau lakukan?!"

Dia terkekeh, tangannya langsung meraih pinggangku, menarikku agar lebih mendekati tubuhnya di dekat dinding.

"I miss you." Katanya setelah mencium bibirku sekilas.

"Kita baru saja bertemu tadi malam." Kataku mengingatkan.

Dia memeluk pinggangku membuat tubuh kami menyatu, "Itu 10 jam yang lalu. Dan ya, aku sudah merindukanmu."

Aku terbuai dengan kalimatnya, tetapi kami tidak seharusnya seperti ini. Aku sudah mengatakan padanya untuk menyembunyikan hubungan kami karena aku tidak ingin menjadi bahan gosip para siswa, juga untuk menghindari agar Ayahku tidak tahu. Leo adalah ketua geng, hampir seluruh siswa mengenalnya karena reputasi buruknya, maka hanya butuh waktu 1 menit untuk hubungan kami terekspos satu sekolah.