044

232K 11.2K 498
                                    

⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

Leo menggunakan senter ponselnya untuk menerangi tangga kayu rumah pohon yang sedang aku pijaki. Pelan-pelan aku melangkah naik, sedikit was-was karen takut tangga itu akan roboh. Leo berdiri di belakang mengawasiku.

"Cepat Anna. Kau membuang-buang waktu." Kata Leo mengeluh. Disaat seperti ini dia masih saja menyebalkan.

"Aku takut. Setiap kali aku melangkah, ini terus bergoyang-goyang." Sahutku tanpa menoleh ke belakang.

"Itu tidak akan roboh. Percayalah, kalau kau terus berlama-lama seperti ini, salah satu diantara kita akan demam karena hujan semakin deras."

Tanpa membalas keluhannya, aku terus memberanikan diri untuk naik. Aku pun sudah tidak tahan lagi dengan suhu yang semakin mencekam.

Beberapa detik kemudian aku akhirnya sampai juga di atas, disusul dengan Leo yang muncul dari belakangku. Ia langsung membuka pintu rumah pohon itu dan membiarkanku masuk. Aku belum bisa melihat objek-objek di dalam rumah pohon ini karena pencahayaan hanya sebatas senter ponsel. Leo terus berjalan menyusuri isi rumah pohon itu, seperti sedang mencari sesuatu.

"Apa... Yang kau... Lakukan?" Tanyaku dengan bibir bergetar. Tubuhku seperti es yang membeku. Ini benar-benar dingin bahkan walaupun pintu rumah pohon telah ditutup.

Belum sempat membalas ucapanku, Leo ternyata sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Lampu portabel yang berada di tangannya langsung menyala di detik kemudian, menerangi isi rumah ini.

Mataku langsung membelalak lebar, melihat isi rumah pohon yang tak sesuai ekspetasiku. Ini benar-benar rapi dan bersih.

Leo naik ke atas, dimana ada tempat tidur yang tersedia, ia lalu menggantung lampu portabel itu di atas untuk menerangi seluruh isi ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leo naik ke atas, dimana ada tempat tidur yang tersedia, ia lalu menggantung lampu portabel itu di atas untuk menerangi seluruh isi ruangan. Selesai dengan kegiatannya, Leo kembali turun ke bawah.

"Buka bajumu." Kata Leo tiba-tiba, membuat mata dan mulutku menganga.

"What?!"

"Kau tidak akan memakai baju itu sepanjang malam, kau bisa mati kedinginan." katanya.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang