087

200K 10.8K 4.2K
                                    

I don't hate youNo, I couldn't if I wanted toI just hate all the hurt that you put me throughAnd that I blame myself for letting youDid you know I already knew?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I don't hate you
No, I couldn't if I wanted to
I just hate all the hurt that you put me through
And that I blame myself for letting you
Did you know I already knew?

Play The Mulmed👆: Wrong Direction - Hailee Steinfeld

⬇⬇⬇

Ayah terdiam cukup lama. Cekalan tangannya di setir semakin kuat membuat dadaku berdegup kencang. Ayah sedang berkendara dan sepertinya itu bukan pertanyaan yang tepat untuk situasi seperti ini.

"Dad-"

"Berhenti berbicara Naomi! Kita akan membahas ini di rumah." Ucap Ayah serius. Matanya menatapku cukup tajam sebelum dia kembali menoleh ke depan. Ayah memang tidak membentakku atau berteriak, tapi aku bisa merasakan aura kemarahannya dari tempat dudukku.

Untuk itulah aku terdiam, tidak bersuara lagi. Sampai kami tiba di rumah dan Ayah memarkirkan mobilnya di halaman. Aku turun lebih dulu dan langsung masuk ke dalam rumah, duduk di sofa, kemudian di susul dengan Ayah. Dia tidak duduk melainkan berdiri di depanku.

"Bagaimana bisa kau berakhir di markas itu, Naomi?" Ayah bertanya lebih dulu, sekuat tenaga ia menahan emosinya. Terakhir kali aku melihat Ayah marah adalah waktu dia mendapatiku dan Leo bersama. Dan aku juga pernah mendengar Ayah marah besar sebelum itu, ketika aku berumur 9 tahun, aku sedang berada di kamarku saat itu, dan aku mendengar Ayah dan Ibuku bertengkar. Mereka saling berteriak satu sama lain. Aku tidak ingat mengapa mereka berkelahi, tapi aku tahu bahwa itu adalah awal kehancuran keluarga kami. Karena sebulan kemudian, mereka bercerai dan aku pergi ke Indonesia bersama Ibuku.

Dengan mengepal tangan kuat, aku menjawab, "Aku menemani Steven untuk menjemput adiknya di perbatasan."

"Lalu mengapa kau tidak pulang bersama Steven?" Tanya Ayah lagi. Tangannya melipat di depan dada.

Salah satu hal menegangkan ketika menjadi anak polisi adalah di interogasi seperti pelaku kejahatan.

"Aku..." Aku menelan salivaku. "Aku ingin berada di sana lebih lama. Dan ketika polisi datang, aku naik ke atas motor Thunder. Aku tidak tau kalau dia akan membawaku ke markas gengnya "

Ayah menggeleng tak percaya, "Untuk apa kau bertahan lebih lama di perbatasan? Kau tau di sana ada balap liar antar geng dan mengapa kau tidak langsung pulang? Sadarkah kau sedang berurusan dengan siapa, Naomi?!"

Aku langsung mengangkat kepala dan menatap Ayah. "Ini semua tidak akan terjadi kalau Daddy tidak menyembunyikan sesuatu padaku. Salah satu alasan aku berada di dekat Thunder karena dia mengenalku, bahkan dia memanggilku Naomi. Ayah mungkin tidak tau, tapi sejak aku tinggal di negara ini, aku tidak pernah mengenalkan diri dengan nama Naomi, hanya Daddy dan aunty Maria yang tau itu."

Mimik wajah Ayah berubah cemas seketika, "apa saja yang Thunder katakan padamu?"

"Dia tidak mengatakan apa-apa. Tapi dia memberiku petunjuk tentang siapa Daddy sebenarnya."

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang