043

219K 10.5K 2.2K
                                    

⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

"Membawamu berburu adalah keputusan terbodoh yang pernah aku ambil seumur hidup," Leo merutuk lagi, untuk yang ke sekian kalinya hari ini.

Aku memutar bola mataku dan mengikuti langkahnya dari belakang. "Tidak! Kau hanya manusia tidak berperasaan. Bagaimana bisa kau memanah hewan-hewan itu begitu saja? Bagaimana kalau mereka memiliki keluarga?" Balasku lebih keras.

Kegiatan berburu Leo sejauh ini berjalan buruk. Dia hampir membawa 7 hewan buruan, tapi setiap kali ia akan memanah aku mengganggunya. Aku melempar hewan-hewan itu dengan batu kecil agar mereka lari, berteriak keras dan memukul-mukul tangan Leo.

Leo selalu mengancam akan menembakku dengan busurnya, atau mengikatku di pohon dan meninggalkanku sendiri di dalam hutan rimba ini, tapi aku tahu ia tidak bersungguh-sungguh.

"Sudah mau gelap. Lebih baik kita pulang saja." Kataku pada Leo. Tapi pria itu tidak menanggapi dan terus berjalan memasuki hutan.

"Leo? Apa kau mendengarku?"

"Berhenti berbicara, sialan! Kau pikir aku akan memaafkanmu atas apa yang sudah kau lakukan?"

Aku menggeleng tak habis pikir. "Jangan mengumpatiku. Dan berhentilah merajuk seperti anak kecil. Lagipula seharusnya kau berterimakasih, karena aku sudah menahanmu untuk menambah dosa."

"Jangan membawa-bawa dosa. Kau tidak lebih suci dariku." Kata Leo, dia benar-benar marah hanya karena aku mengganggunya berburu.

"Terserah." Kataku memutar bola mata.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Cuaca semakin gelap, selain karena mau hujan juga karena sebentar lagi malam. Tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Leo akan pulang ke rumah. Padahal aku sudah kedinginan sedari tadi.

Begitu melewati kerikil dan pohon-pohon rimbun, aku akhirnya tau kemana Leo pergi. Mataku melebar melihat pemandangan indah di depanku, sungai besar dengan air yang mengalir dan batu-batu lebar di tengahnya.

Aku langsung tersenyum dan berlari ke tepi sungai.

"Waah, airnya sangat bersih." Kataku tersenyum merentangkan tangan.

Leo duduk di batu besar dekat sungai, memandangku datar.

"Kenapa kau membawaku ke sini?" Tanyaku menatap pria itu.

Leo tidak menjawabku, ia hanya duduk dengan tangan yang melingkar di kedua lututnya. Menatapnya dengan gaya seperti itu mengingatkanku pada salah satu karakter favoritku pada sebuah buku. Hardin, ya Hardin Scott.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang