023

231K 10.6K 621
                                    

A Mistake

A Mistake

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬇⬇⬇

"What the hell are you doing?" Sebuah suara ketus menyambutku. Aku terpaku dengan mengepal tangan kuat.

"Apa kau tuli?" Tanyanya lagi semakin kasar. Dia hampir tidak pernah bersikap santai pada seseorang.

"Aku... Aku... Maaf." Kataku dengan terbata-bata. Rasanya susah mendapatkan mulutku berkata normal. "Sepertinya aku salah masuk ruangan."

Walaupun pencahayaan di dalam ruangan ini hanya sedikit, aku masih bisa melihat mata singa Leo mengintaiku dari tempatnya duduk.

"Lalu, apa yang kau tunggu? Pergi dari sini!!!" Bentaknya keras. Aku terperanjat di tempatku berdiri. Tidak bisakah dia bersikap santai sedetik saja? Tempramennya benar-benar buruk.

Dan lagi, bahkan jika ia memintaku untuk keluar sekarang aku tidak bisa. Jacob pasti masih berkeliaran di luar mencariku. Aku tidak punya pilihan selain bertahan di sini selama beberapa menit. Aku tidak keberatan jika harus menghadapi kemarahan Leo, aku tahu kalau ia tidak akan menyakiti wanita. Berbeda dengan Jacob yang sudah pasti akan mempermalukanku atau lebih parahnya melecehkan aku lagi.

"Bisakah kau bersikap sedikit lebih tenang? Tanpa kau berteriakpun aku bisa mendengar suaramu!" Kataku mulai kesal dengan sikapnya. Aku merutuki diriku sendiri yang berbicara seperti itu. Lagi-lagi aku lancang menentangnya. Kadang-kadang keberanianku memang keterlaluan.

Aku mendapati Leo terpaku di tempatnya dalam beberapa detik menatapku. Ia memandang lekat sebelum kalimatnya kembali keluar.

"Fuck! Lagi-lagi kau." Umpat pria kasar itu. Namun di detik berikutnya Ia tersenyum miring. Kakinya yang panjang mulai berdiri dari tepi kasur, melangkah sempoyongan ke arahku. "Apa sekarang kau ingin berkata kalau kau masuk ke sini adalah sebuah kebetulan, lagi?"

Aku tidak mengerti arah ucapannya sekarang.

"Ma... Maksudmu?" tanyaku dengan mata terbuka lebar dan kedua alis yang merapat. Tubuh Leo semakin dekat hingga dengan jelas indra penciumanku menangkap bau alkohol keluar dari napasnya.

"Apa yang membuatmu datang ke pesta ini?" Tanyanya, sama sekali tidak menjawab pertanyaanku, "Apa Ayahmu tau, kalau kau datang ke sini, Anna?"

Detik itu juga mataku membelalak kian lebar, mulutku terbuka dan napasku tercekat di tenggorokan. Bagaimana? Bagaimana Leo bisa tahu kalau ini aku?!

"Ba... Bagaimana... Kau bisa tahu?" tanyaku masih tak percaya.

"Sangat mudah mengenalimu." Katanya mulai menghimpit tubuhku. Entah sudah berapa kali ia menyudutkan aku di dinding seperti ini. "hanya kau wanita lancang yang berani menentang kemarahanku." Suara seraknya membuat buluk kuduku merinding. Mata ketusnya seakan menelanjangi jiwaku.

SWITCHOVER (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang