I'm back! Just FYI bagi yang belum tahu, akhir tahun 2020 kemarin aku jatuh sakit. Aku break dari berbagai aktivitas nulis sampingan di Wattpad, termasuk cuti dari kerjaan kantor.
Aku sudah pulih sekarang dan langsung disibukkan dengan kegiatan dan deadlines yang numpuk terbengkalai. So, aku baru bisa kembali update HAUTE akhir bulan Feb ini. Sejujurnya masih cukup hectic dengan deadlines kantor di sini. You know what, karena sempat cuti kantor cukup lama aku jadi sempatkan buka writing commission (setelah 5 tahun enggak buka jasa comission!) buat tambahan uang bulanan. Kalau gak kerja aku tak bisa menyambung hidup!
BTW, kalian jangan cuma baca HAUTE aja, dong, wajib banget nonton INTM (Indonesia Next Top Model) setiap Sabtu-Minggu di Net TV atau di Youtube-nya, okay? Kalau pembaca HAUTE pada nonton acara ini, aku jadi semangat nulis HAUTE dan ngobrol sama kalian di sini haha.
1. Gimana menurut kalian INTM sejauh ini? Mereka udah top five minggu ini! Siapa model jagoan kalian, nih? Dan siapa model yang sangat kalian sayangkan karena sudah tereliminasi? Sejujurnya aku cukup kecewa dengan penjurian minggu lalu.
2. Lahluuu, challenge atau pemotretan favorit kalian apa, nih? Aku kepikiran buat nyelipin salah satu pemotretan yang terinspirasi dari di INTM untuk masuk ke dalam HAUTE. Harus suara terbanyak pilihan pembaca, ya. (Btw, jangan pilih pemotretan di dalam air karena udah pasti bakal ada di HAUTE).
****
Tanpa ampun, waktu berjalan terlampu cepat. Secinta itu Levi Ackerman kepada kereta api, tetapi ia tahu betapa kejam kekuatan dan kecepatan sang monster besi ini saat berpacu tanpa henti. Levi usia sebelas sering melongokkan kepala ke luar jendela kereta api hanya untuk menyaksikan hal-hal keji yang bisa dilakukan oleh kereta api ini. Misalnya, saat roda kereta melindas debu-debu kecil yang menempel pada rel besi panasnya, atau saat angin beku pada musim salju tersayat oleh moncong kereta, lalu butiran salju itu terempas ke mana-mana. Angin salju dan es yang terburai juga ikut menampar wajah Levi. Mengapa hal ini membuatnya bersemangat?
Kenny akan langsung menegurnya, "Tikus kecil! Keluarkan lagi kepalamu itu lebih jauh! Aku mau lihat apakah kepalamu bisa melayang saat tertabrak dahan pohon! Nah, sekarang juga, tutup jendelanya dan duduk dengan tenang."
Levi tidak terlalu senang mematuhi perintah Kenny, tetapi mau tak mau mengakui kebenaran dari perkataan itu. Ia kembali duduk di kursi, sambil terus menatap jendela. Kenny di hadapannya, selalu menatapnya dengan pandangan seorang manusia kepada tikus got kecil. Levi tak terkejut jika sebentar lagi Kenny menginjak wajahnya.
"Berapa usiamu tahun ini?" tanya sang paman.
"Sebelas."
"Oh, benarkah?! Tapi kenapa penampilanmu masih sekecil bocah lima tahun? Rupanya sebentar lagi kau sudah bisa menikahi seorang wanita dan beranak cucu."
"Itu masih lama."
"Ah, siapa bilang? Kau sudah bisa menyemburkan sperma dengan barangmu yang kecil, yang sebentar lagi akan sangat besar dan--"
"Kenny, aku tak akan menikah."
Kenny terdiam sejenak, memutar topi fedora. "Kenapa begitu?"
"Apa gunanya menikah," tutur Levi sambil menatap datar pada kabut di luar jendela. "Kau tetap bisa punya anak tanpa menikah."
"Kau masih bocah dan sudah berpikir hidup tanpa komitmen, heh? Semua akan berubah saat kau dewasa dan aku tak akan mengurusi kehidupanmu kelak, tapi ketahuilah satu hal! Kalau kau menikah, kau akan punya keluarga baru. Carilah partner yang orang tuanya masih utuh! Supaya kau bisa merasakan kasih sayang seorang ayah dan ibu yang sudah lama kauimpikan selama ini. Makin banyak anggota keluarga, makin kuat pula dinasti keluarga kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...