Bagi orang-orang tertentu, penolakan adalah awal untuk memulai langkah yang positif. Semestinya seperti itu.
PRIA itu mencengkeram pergelangan tangan si pengemudi, membuatnya melepaskan tubuh Eren.
"Kau punya masalah dengan modelku?"
Eren melompat mundur, membenarkan lengan jaketnya yang berkerut. Matanya bergerak gusar ke arah pria penolong dan pengemudi urakan yang menyergapnya ke dalam Benz.
Si Wajah Baru terancam diculik. Drama realita apa yang memiliki skrip murahan semacam ini?
"Ah, Erwin Smith," sapa pria gendut berkumis di balik kaca mobil, menggosok tangannya yang gempal, senyum ramah nan palsu. "Sudah lama tidak berjumpa."
"Kalau tidak salah, Anda adalah Tuan Balto," balas Erwin kalem, melepaskan cengkeramannya dari tangan si pengemudi yang mengumpat kesal. "Apa yang Anda inginkan dari model saya?"
"Oh, oh, hanya kebetulan lewat sini dan ingin bertanya jalan." Balto membuat gestur dengan matanya supaya kursi pengemudi segera diisi. "Aku akan segera pergi. Berterimakasih pada modelmu–" Matanya beralihnya pada Eren. "–karena sudah berbaik hati mau memberi tahu jalan."
Jendela kaca gelap bergeser naik, menyembunyikan kepala setengah botak. Mesin mobil berbunyi halus, mengambangkan asap kelabu dari knalpot. Erwin membiarkan uap karbon monoksida menghempas wajah tampannya.
Eren membisu, menatap tak berkedip punggung mobil antik yang menjauh.
Erwin menepuk bahunya sedetik kemudian. Aroma parfum maskulin menyarati tubuh tegap berdada bidang itu agak menyengat, spontan menyentakkannya dari keterpanaan.
"Kau tak apa?"
"Yang barusan itu bercanda kan." Suara Eren serak. "Apa kejadian culik-menculik hal biasa dalam dunia modelling? Ini seperti di sinetron."
Dengusan singkat dan tawa dari Erwin. "Hanya satu kasus di antara sejuta kasus. Menunjukkan kau begitu spesial."
"Siapa mereka?"
"Lord Balto, salah satu pria berpengaruh dan mantan editor majalah Vogue. Lama tidak kudengar kabarnya, ia bersama Nile menjadi mentor untuk bakat-bakat muda. Apa yang ia katakan?"
"Dia menawarkan kerja sama tanpa melibatkan Rec/On. Aku menolaknya."
"Itu adalah hal yang sepatutnya dilakukan oleh model agensi. Loyalitasmu saya apresiasi."
Eren menghela napas lega.
Erwin berjalan di sampingnya. "Wajahmu pucat. Menjalani hari yang berat?"
Dalam hati Eren merasakan desakan aneh untuk tertawa. Kepalan tangan melayang di depan dadanya. "Segalanya baik."
"Di mana rumahmu? Saya antar."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanficFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...