Androgini. Maskulitas dan feminitas dalam sebuah entitas.
SEGALANYA memburuk ketika terselubung depresi.
Kaki meja kukuh berubah setipis kawat jemuran. Lantai kotak-kotak kelab Xavi bergelombang di bawah sepatu kets. Pintu kaca gelap memburam dengan bintik-bintik noda. Mobil-mobil mengepulkan asap hitam knalpot dua kali lebih banyak. Hidung pengar, mata berair, meriang. Udara berat. Awan kelabu. Wajah Rivaille lebih angker dari apa pun dengan sklera mata berwarna merah monster.
Eren membenturkan kepala pada dashboard mobil. "Matilah aku."
"Masokis," kata Rivaille. "Aku punya tali dan rantai. Kau boleh pilih."
"Apa pun yang bisa membuatku menghasilkan foto bagus malam ini."
"Lain kali jangan pertaruhkan sesuatu yang tidak siap kau lepaskan."
"Sir! Aku ingin jadi model pro dan bersiap sesulit apa pun pekerjaannya!" Wajah berkerut-kerut pedih, Eren meninju dadanya sendiri dengan kepalan tangan. "Tapi kuakui aku salah, karena terbawa emosi sampai akhirnya melibatkan Anda."
Rivaille melirik pantulan wajah Eren dari spion. "Apa?"
"Anda bilang tidak mau memotret di kelab malam. Anda tidak semestinya menawarkan diri sebagai fotografer." Eren menggaruk kepala, frustrasi. "Anda sengaja melakukannya untukku? Aku benci itu! Aku, model baru, semestinya merangkak dari bawah. Tanpa siapapun mendongkrak popularitasku. Tanpa Anda dan Mikasa yang memaksa menjadi mentor. Aku–"
Rivaille membanting setir ke pinggiran trotoar, memarkir mobil depan tiang listrik.
"Bocah dekil," desis Rivaille. "Tutup mulut kotormu dan biarkan aku bicara."
Eren membeku di kursi dengan dahi tertekuk.
Rivaille mengangkat tiga jari ke depan wajah sang model. "Pertama, kita sama-sama punya prinsip profesionalisme. Pekerjaan apa pun sulitnya kuterima, tak peduli tempat dan waktu yang dipinta klien, jika sudah kusetujui. Kedua, aku menawarkan diri kepada Xavi bukan untukmu. Ketiga, aku manajermu. Segala urusan menyangkut pekerjaanmu adalah tanggung jawabku kepada Rec/On. Salah melangkah bukan memengaruhi reputasimu, tapi Rec/On yang menanggung semuanya. Kau, menjadikan tubuhmu sebagai piring sashimi di atas meja bar, siapa yang menanggung malu? Nama besarmu atau Rec/On?"
Eren menahan napas.
Rivaille menambah satu jari lagi. "Yang terakhir, menguatkan poin kedua. Aku memotret untuk diriku sendiri." Rivaille menjulurkan tangannya kepada Eren. "Maka kau dan aku adalah partner, dan kita sama-sama bekerja malam ini."
Eren tergugu, menyambut jabat tangan Rivaille kaku. "Y-Yessir. Kita bekerja—bersama. Anda pernah memotret tema seperti ini sebelumnya?"
"Model laki-laki ber-lingerie berpose drag Queen? Dalam sebuah kampanye fashion tertentu adalah hal biasa. Ada puluhan model androgini tersebar di berbagai belahan dunia, kau akan terkejut melihat mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...