Trapped. Terperangkap, dan tak ada celah untuk bisa lari.
NO-TELL Hotel.
Nama hotel terganjil yang pernah Eren temui. Bangunan hotelnya aktraktif; bercat abu-abu dengan aksen motif 80-an, dan lampu-lampu dinding geometris didominasi warna merah jambu pekat.
Tamu melangkah dengan kecepatan di atas rata-rata. Gestur berbisnis, tak saling menyapa. Tak terlihat mobil atau pengunjung keluar dari gerbang yang sudah dimasuki. Papan nama di atas kepalanya bertuliskan "Rest or Stay?"
Eren bukan remaja perkotaan.
Eren dibesarkan di sebuah kota kecil sarat gaya hidup tradisional. Lansia duduk di depan teras rumah tiap sore, menghardik muda-mudi agar memelankan kendaraan. Pulang larut malam tabu bagi remaja. Hak asasi universal bagi usia tujuhbelas untuk menetap di luar rumah tanpa izin tidak berlaku di daerah pinggiran.
Tapi percayalah; Eren pernah menginap di sebuah hotel tanpa sepengetahuan Carla dan Grisha, dan lebih dari sekali. Judulnya ritual bermain dan refreshing bersama teman sekolah. Mereka menginap di hotel atau motel, merasakan hidup bebas merdeka tanpa pengawasan, memesan makanan lewat telepon lalu diantar ke kamar ala pelayanan raja. Makanan terasa nikmat karena bukan masakan rumahan. Televisi besar dalam kamar bebas dinyalakan. Fasilitas kolam renang, karaoke, dan yang terutama games dinikmati sepuasnya. Surga! Eren sering mendapat bagian menyeret koper—biasanya di motel kecil yang mengharuskan tamu membawa barang bawaan sendiri ke kamar—dan menunggu teman-teman melobi petugas resepsion.
Kali ini sebagai ganti membawa barang, Eren memapah Rivaille dengan lengan kanan.
No-Tell Hotel setara motel terkecil, dengan lobby yang lebih luas, furnitur dan dekorasi sekedarnya. Penampakan luar kontras dengan bagian dalam. Armin akan berkata, "Don't Judge a Book by it's Cover."
Tak ada bellboy untuk membantu mengangkat barang bawaan—yaitu Rivaille yang pingsan. Tak ada siapapun; sekuriti, janitor, karyawan numpang lewat dan bahkan resepsionis. Terkecuali dua orang tamu di depan meja konsol komputer berlayar sentuh. Mereka menekan sesuatu pada layar, lalu memburu langkah menuju elevator.
Mengerutkan dahi, Eren mendekati meja komputer yang sama.
Layar menampilkan deretan kotak-kotak kecil menampilkan kamar. Di tiap kotaknya terdapat keterangan nomor, tipe, dan paket harga kamar dalam hitungan jam.
Ada kamar merah jambu pekat dengan ranjang bentuk hati. Kotak sebelahnya menampilkan kamar aneh dengan dinding sel penjara berantai besi. Kotak sebelahnya sebuah kamar berlatar film sainsfiksi.
Eren scroll layar sampai ia menemukan kotak bertuliskan: "CALL FOR HELP."
Terdengar bunyi gemerencing bel.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...