HAUTE [RivaEre Fanfiction]

Chapter 29.1: Boys & Girls

Author Note: Hai, bila teman-teman ketinggalan berita, sebelumnya silakan membuka bab sebelum ini yang berjudul [HASIL VOTING 17 Nov 2017], ada detail penjelasan dan alasan di sana.

Jadi sesuai suara terbanyak, sekarang HAUTE update satu minggu sekali di Wattpad! Dengan ketentuan saya memecah 1 bab HAUTE menjadi beberapa part, dan jumlah kata per part antara 1000-2000 kata yang akan update setiap minggu. Dan bila saya ada waktu lebih untuk menulis HAUTE, bisa nyampe 3000-5000 kata (dan bisa saja update 2x seminggu). Jadwal update rutinnya adalah setiap hari Minggu pagi. Mark your calender and tell your friends ya!

Jadi misalnya minggu ini yang saya upload adalah part 29.1, minggu depan part 29.2, dstnya. Kira-kira ada 4-5 part = 1 bab utuh dalam sebulan.

Bagi yang takut kurang greget karena baca part pendek-pendek setiap minggunya, JANGAN MEMBACA PART INI! Instead, tunggulah sampai semua partnya full menjadi 1 bab penuh. Silakan baca HAUTE sebulan sekali demi kepuasanmu pribadi kalau sudah terbiasa dengan bab panjang.

Oh ya satu lagi, HAUTE juga tidak akan di-update di AO3 maupun FFN dan tempat lainnya, HAUTE hanya eksklusif untuk pengguna Wattpad saja sampai tamat!

Mohon kabari teman-teman kalian yang merupakan pembaca HAUTE tentang semua informasi di atas ^^ Karena ternyata banyak sekali yang ketinggalan informasi maupun salah paham. Terima kasih!

.

.

.

.

HAUTE

Ra

o

Bab 29: Boys & Girls

"Lihat segalanya dari dua sisi."

Mitras Next Top Model Week 4

Harum vanila mengambang saat mereka melangkah di atas karpet jeruk limau. Dari arah jendela, sinar jatuh menembus gedung berfasad kaca, merayapi warna-warni furnitur modern yang bercorak seperti permen Smarties. Ini kantor artistik yang dipenuhi bukan hanya furnitur modern, tetapi benda-benda seni aneh (ada patung instalasi bebek karet saat kau memasuki lobi utama). Tak terbayangkan kompetisi MItras Next Top Model memiliki kantor rumah produksi sekeren ini.

Eren Jaeger tak tahu siapa bos besar yang merancang acara ini. Tak peduli. Ia tak mau memikirkan apa pun untuk sementara ini. Di kursi bulat-bulat telur ia tertunduk, satu kakinya bertumpu ke lutut, dan berkepal tangan. Teh susu di depan mejanya tak tersentuh. Eren sengaja ingin terus tertunduk, sebab ia tak mau menatap lelaki yang sedang duduk di seberangnya.